Selasa, 24 Januari 2017

Binalnya Istriku - Disha part 17

lanjutan cerita Disha yang sebelumnya akan dimulai dengan point of view dari Fais suaminya Disha, dan sementara untuk filler akan ditunda dulu kelanjutannya dan mungkin akan dilanjutkan dalam satu cerita atau bisa juga dibuat side storynya.

Update 15 - Serpihan masa lalu yang datang kembali

[​IMG] 
Ilustrasi Disha

POV : Fais

"maaf ya mas, jadi lama nunggunya. Tadi masih ramai jadinya antri deh" kata Disha saat usai menutup pintu kamar

"iya, gak apa sayang" sahutku sambil mencium keningnya

"eh, mas tumben cium keningku?" tanya Disha menyeritkan dahi

"pengen ya?" tambahnya lagi

"iya nih dik, dingin disini" kataku saat memeluk tubuhnya

"tapi ini dimakan dulu ya mas, aku gak mau kamu sakit nanti" balas Disha dengan mendorong tubuhku

"siap sayangku" dan dengan segera kuambil bungkusan dari tangan Disha

Rasa nasi goreng ini sebenarnya biasa saja, tidak ada yang istimewa. Mungkin karena aku terbiasa dengan masakan Disha yang luarbiasa enaknya, sehingga nasi goreng ini tidak ada apa-apanya dengan yang biasa Disha buatkan. Namun karena aku menghargai istriku, kumakan juga nasi goreng ini. Butuh perjuangan sebenarnya menghabiskan nasi goreng ini, karena dari awal aku kurang menyukainya. Setelah 20 menit berlalu barulah nasi goreng ini bisa aku habiskan.

"nah gitu kan nyenengin istri namanya" celetuk istriku dari belakang. Aku yang dari tadi terfokus pada usaha menghabiskan nasi goreng menjadi terkejut dengan sahutan istriku barusan. 

Disha kini telah mengganti bajunya yang dikenakan tadi dengan lingery merah maroon kesukaanku. Dapat kulihat, dari balik lingery yang dikenakannya, Disha hanya mengenakan celana dalam saja. Payudaranya yang besar membusung terlihat jelas cetakannya dari luar baju, ditambah lagi putingnya mencuat cukup keras sehingga memberikan pemandangan cukup menggairahkan.

"cantik sekali istriku malam ini" pujiku pada Disha yang membuatnya tersipu malu

"apaan sih mas Fais ini, kayak tidak pernah lihat istrinya telanjang saja" balas Disha malu-malu

"sudah lama ya dik kita tidak berhubungan" sambung Fais lagi dengan masih memandangi tubuh istrinya yang sudah tidak utuh lagi baginya

Disha menjadi semakin bersalah kepada suaminya dengan ucapan Fais barusan hingga membuatnya melamun. Disaat dia jarang memberikan kenikmatan liang senggamanya pada aku suaminya, Disha justru berkali-kali merengkuh kenikmatan surgawinya bersama pria lain. 

"dik kamu gak apa-apa?" tanya Fais kawatir, Fais dapat menangkap perubahan pada wajah Disha barusan

"ah, gak apa-apa kok mas, " sergah Disha

"kalau sakit tidak usah saja dik" ujar Fais lagi karena dia tahu jika kata-katanya tadi dentu menyinggung perasaan istrinya

"ndak apa-apa kok sayang, adik juga kangen banget dengan kepuasan yang mas berikan" balas Disha sambil memeluk suaminya

Agar aku tidak terlalu bertanya, Disha mencium bibirku dan tangannya memeluk kepalaku sementara jari-jemarinya mengusapi bagian belakang kepalaku. Kurasakan lidah Disha menyeruak masuk kedalam mulutku, membelit lidahku dan mengajaknya saling menari. Bibir kami berpagutan basah, sementara kulihat Disha memejamkan matanya.

Setelah cukup lama kami berciuman sambil berdiri, aku berinisatif membopong Disha menuju ranjang yang tidak jauh dari tempat kami sekarang. Disha cukup kaget saat aku mengangkat pinggulnya sehingga dengan otomatis kedua tangannya merengkuh erat leherku. Meski demikian Disha tidak melepaskan pagutan bibirnya padaku.

Dengan lembut, aku menidurkan Disha berbaring diranjang. Aku kemudian menaiki tubuhnya dan setengah menindihnya. Sekarang ganti bibirku yang asik mencumbui tubuh indah istriku. Kuciumi dan kujilati leher jenjangnya hingga Disha menggelinjang kegelian. Kucumbui belakang telinganya yang merupakan salah satu titik rangsang ditubuhnya. Disha yang sudah menikmati cumbuanku semakin panas hingga keluar desahan dari bibirnya.

"aaasshhh....geli masss" desah Disha didekat telingaku

Terus kucumbui Disha dengan penuh nafsu, menuntaskan hasratku yang telah terbarkar semenjak sore tadi saat memergoki mbak aryanti disetubuhi dan juga perselingkuhan Reny dengan pak Siswoyo. Namun tanpa kuduga cumbuanku semakin membuat Disha panas hingga dia membalikkan posisiku sehingga Disha sekarang berada menduduki selakanganku yang sudah mengeras. Aku yang tadi hanya memakai celana boxer tentu dapat merasakan hangatnya liang senggama Disha yang masih tertutup celana dalam

Dengan menggesekkan selakangannya pada selakanganku, Disha mulai menarik keatas lingery yang dipakainya. Saat ia menarik keatas lingerynya perlahan dapat kulihat payudara Disha yang besar dan kencang itu berguncang indah karena ikut tertarik keatas. Payudara yang mampu membius setiap pandangan laki-laki yang berpapasan dengannya saat berjalan untuk setidaknya menatap sepintas kearah dadanya, dan kemudian kulihat ketiak mulus Disha yang tak kalah menggiurkannya untuk dapat dicumbu.

Disha dengan tersenyum nakal meremasi kedua payudara besarnya, menggodaku. Tangan kirinya kemudian berusaha menarik keatas kaos singlet yang kupakai sementara tangan kanannya tetap meremasi payudara besarnya bergantian. Aku membantunya dengan mengangkat badanku sehingga kaos singletku bisa terlepas.
Tanganku mengelus pelan perutnya yang ramping, kulitnya begitu halus kurasakan. Perlahan kedua tanganku merabai hingga sampailah pada kedua pangkal payudara Disha, begitu kenyal dan kencang payudara indah istriku tercinta ini. Kuremas dan membuat Disha menggelinjang menahan geli, sesekali kudengar desahan halus dari mulutnya. Disha membungkukkan badannya hingga putingnya menyentuh bibirku. Dengan gemas kuhisap puting susu nya yang kanan sementara tanganku masih meremasi payudara kirinya.

"uuugghhh..." Disha mendesah menahan nikmat saat aku mengerjai payudaranya

Kurasakan selakanganku sedikit lembab karena Disha semakin terangsang dengan perlakuanku. Tanganku kemudian mengelusi bibir liang senggamanya yang masih tertutupi celana dalam. Kumasukkan jemariku melalui sisi samping celana dalamnya, dan kusibakkan. Jari telunjukku akhirnya dapat bermain diliang senggamanya yang sudah sangat basah.

"aahhh ahhhh..." desah Disha saat jari telunjukku mengocok pelan liang surgawinya. Disha yang berada diposisi dominan, memasukkan tangannya kedalam celana boxerku dan mulai meremasi batang penisku yang tentunya masih kalah jauh dengan apa yang telah didapat Disha selama ini meski sudah ereksi maksimal.

Aku menarik turun celana dalam Disha, melepaskan penutup liang senggamanya. Disha melepaskan batang penisku yang tadi digenggamnya untuk membantuku dengan sedikit berdiri mengangkat pinggulnya. Setelah terlepas, giliran Disha menarik lepas celana boxerku yang masih kukenakan. Kini, kami sama-sama telah telanjang. Disha kembali duduk mengakangi selakanganku sehingga membuat batang penisku terjepit tepat dibibir liang senggamanya.

Kurasakan cairan vagina Disha yang hangat merembes keluar melumuri batang penisku. Disha dengan nakal mulai memainkan pinggulnya, memaju mundurkan pinggulnya yang indah sehingga batang penisku seperti terasa digesek-gesekkan.

"mas, aku masukkan sekarang ya?" pinta Disha manja dengan suara tertahan karena nafsu
Disha dengan setengah berdiri mulai bertumpu pada kedua lututnya, mengggenggam batang penisku dan mengarahkannya dibibir vaginanya.

"aaahhhh" desah Disha saat kemaluan kami menyatu, dan kurasakan nikmatnya jepitan liang senggama Disha masih sama saat malam pengantin kami dulu.


..........
[​IMG] 
Ilustrasi Disha

POV : Disha

Masih kurasakan sperma mas Fais meerembes keluar dari liang senggamaku yang disemprokannya 20 menit yang lalu. Mas Fais tidur dengan wajah penuh kepuasan seusai menggauliku, cukup banyak juga sperma yang ditumpahkannya kedalam rahimku. Aku memang tidak terlalu kawatir jika hamil karena aku telah melakukan sterilisasi pada saluran ovariumku. Sehingga meskipun para pria yang menyetubuhiku menumpahkan spermanya didalam rahimku tidak akan membuatku hamil.

Kuakui, permainan seks mas Fais malam ini sedikit lebih lama jika dibandingkan malam-malam yang sebelumnya, meskipun aku tetap saja tidak dapat meraih orgasme darinya. Namun, untuk menjaga perasaannya aku harus memendam hasratku dan berpura-pura meraih orgasme sebelum mas Fais berejakulasi. Malam ini hatiku gelisah dan sulit sekali memejamkan mata, bukan karena aku tidak mendaatkan orgasme dari suamiku. Toh aku juga bisa mendapatkan kepuasan dari pardi yang selalu tidak pernah absen menggauli tubuhku dimanapun ada kesempatan. Namun karena aku bertemu dengan cinta pertamaku, mas Dicky saat membelikan makan malam buat mas Fais tadi.









'tung ting tung ting' 

Sebuah pesan blackberry messengger masuk dalam smartphone ku yang tergeletak diatas meja dekat ranjang kami, lampu indikator yang tadi padam kini berkelap-kelip merah menandakan ada sebuah pesan yang masuk.
Kuraih smartphoneku dengan sedikit malas untuk membuka pesan yang baru kuterima dan ternyata dari mas Dicky

'besuk ya Dish, selamat malam'

Kulihat mas Fais masih terlelap dalam tidurnya disampingku, dengan tersenyum aku mengetik pesan balasan untuk mas Dicky

'pasti'


bersambung...

Binalnya Istriku - Disha part 16

Filler...Disha old story part 2

[​IMG] 
mulustrasi Disha

Aku memandangi diriku didepan cermin yang berada didepan pintu lemari besar, kulihat diriku disana dan beberapa kali aku tersenyum sendiri karena kesempurnaan tubuh yang kumiliki. Payudaraku bulat membusung, pinggang yang ramping dan perutku rata tiada lemak yang tertimbun disana. Saat aku berbalik, dapat kulihat bongkahan pantatku yang padat nan kencang. Pantas saja, dari tadi selama aku mengajari mereka, terlihat salah tingkah.
Aku pakai sedikit make up dan parfum agar tidak memalukan teman-teman yang sudah mengajakku hangout malam ini, karena tentunya mereka pasti punya kenalan disana. 15 menit sudah berlalu, dan akupun sudah siap untukdijemput mereka. Aku keluar kamar dan tak lupa kuambil cardigan hitam yang senada dengan rok yang aku pakai, tidak lupa hp dan dompet sudah kusiapkan. Hembusan angin malam memang terasa dingin, kering lebih tepatnya jika menyentuh kulit. Meski demikian, kuurungkan mengenakan cardigan yang kubawa tadi.
Tidak lama kemudian, dari ujung gang terlihat lampu mobil menyorot jalan depan kostku yang sudah sangat sepi, yang biasanya ketika hari perkuliahan aktif sampai jam 23.30 pun masih banyak pedagang nasi goreng, tahu tek, rondhe, bakso ataupun sate ayam yang masih berseliweran.

Mobil yang kulihat tadi akhirnya berhenti didepan pagar kostku yang ternyata dikemudikan oleh Rudy, dengan bergegas dia turun untuk membukakan pintu sebelum aku sempat membukanya.

“silahkan masuk tuan putri” goda Rudy padaku mempersilahkan masuk duduk dikabin depan

“Rud, biasa ae ndak usah gombal sama Disha” celetuk Dimas

“iya daritadi pantesan aku gak boleh duduk didepan” sahut Dodi

“eh, kursi depan itu khusus tuan putri, kamu dibelakang saja ya” balas Rudi

Aku tertawa melihat kelakuan mereka berlima yang tidak mau kalah satu sama lainnya. Meskipun aku tahu mereka itu ‘cabul’ tetapi selama ini aku masih merasa nyaman dengan sikap ‘cabul’ mereka sehingga aku tidak terlalu mempermasalahkan hal itu. Mungkin akal sehatku sudah sedikit terkontaminasi menjadi ‘nakal’ karena hal itu seharusnya merupakan hal yang diperhitungkan bagi wanita jika hendak berteman dengan seorang laki-laki.
Perlahan mobil yang dikemudikan Rudy memasuki jalan utama kota Surabaya, dengan gesit dia melewati beberapa kendaraan bermotor dan mobil yang melaju kearah yang sama. Meskipun begitu dia masih bisa meladeni candaan teman-temannya. Dan dengan nakalnya, Rudy masih bisa mengambil kesempatan mengelus pahaku saat memindahkan transmisi. Hal tersebut terjadi beberapa kali namun luput dari pandangan teman-teman dibelakang sana karena Rudy juga tidak terlihat melakukan gerakan yang mencurigakan. 

Mungkin dia sering melakukannya jika sedang mengemudi bersama seorang perempuan, sehingga perbuatannya dapat dengan lihainya dia lakukan diwaktu yang sempit. Saat dia mengelus pahaku untuk kesekian kalinya, aku sengaja memandangnya. Rudy yang menyadari jika aku memandanginya hanya tersenyum tipis saat melihatku.

“berani juga pemuda ini” batinku

Hanya itu yang kulakukan setelah beberapa kali dia mengambil kesempatan menggerayangi pahaku, bahkan akupun tidak melakukan tindakan penolakan ataupun pencegahan lanjutan dengan menutupi pahaku yang terbuka karena rokku tersingkap cukup hampir 15 cm diatas lutut menggunakan kardigan yang masih telipat rapi diatas dashboard. Bahkan aku menganggap jika apa yang dilakukan Rudy masih dalam batas kewajaran.

Kamipun sampai dilokasi tujuan setelah perjalanan hampir 50 menit, cukup dekat sebenarnya tempatnya. Namun yang membuat lama adalah padatnya kendaraan yang memenuhi ruas jalan sehingga menyebabkan kemacetan.
Kami turun bersama setelah memarkirkan kendaraan ditempat yang tersedia, suasana masih belum begitu ramai karena memang belum menjelang tengah malam. Beberapa perempuan yang kulihat memang tidak seorangpun yang mengenakan celana jeans seperti yang hendak aku pakai tadi. Bahkan banyak diantara mereka memakai rok yang ketat dan cukup pendek yang mungkin hanya 15 cm dari pinggangnya. Penampilan mereka juga lebih terbuka daripada diriku saat ini yang mangenakan setelan camisole dan rok berbahan silky jeans biru gelap yang aku kira sudah cukup terbuka.

“ayo Dish masuk” ajak Rudy setelah dia selesei membereskan administrasinya yang diikuti teman-teman dibelakangku.

Didalam rupanya sudah cukup ramai, musik house menghentak dan sedikit memekakkan telingaku. Butuh beberapa waktu bagiku untuk beradaptasi dengan lingkungan yang baru kukenal ini. Aku terdiam dan memejamkan mata sejenak agar diriku bisa segera rileks yang merupakan kebiasaanku sedari kecil jika merasa asing ditempat yang baru kulihat.

“kamu gak apa-apa Dish? Kalau sakit dan pengen balik gak apa aku antar” tanya Rudy yang berbicara didekat telingaku. Suara musik yang keras tentunya menghalangi apa yang hendak dia katakan sehingga dia melakukan hal tersebut. Rudy rupanya menyadari apa yang aku lakukan ssehingga dia kawatir dengan kondisiku.

Aku hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban atas pertanyaannya. Sementara itu keempat teman kami sudah asyik menggoyangkan badan seirama dengan musik yang disajikan sembari memandangi pengunjung yang rata-rata berbusana minim itu. 

“bro, kita duduk disana ya?” teriak Rudy pada teman-temannya

“oke bro” balas Dimas

“Dish, kamu mau minum apa?” ujar Dodi agak berteriak

“yang paling ‘ringan’ apa disini” jawabku karena disini tentu tidak akan ada yang namanya es teh ataupun orang jus

“whisky cola mau?, ndak memabukkan kok” balas Dodi

“iya deh” anggukku

“kalian seperti biasanya?” lanjut Dodi kembali yang dijawab acungan jempol dan anggukan yang lain.

Aku, Rudy, Dimas, Bayu, dan Pras beranjak dari tempat kami berdiri menuju sofa yang disediakan oleh pengelola. Dimas, Bayu dan Pras kembali beranjak ketengah untuk sekedar merenggangkan badan dengan musik yang rancak. Sementara itu Rudy dengan setia menemaniku karena masih saja dia mengkawatirkan kondisiku. Tidak lama kemudian minuman yang kami pesan pun datang, segelas whisky cola dan sebotol chivas dengan beberapa gelas yang masih kosong belum terisi. 

“dimana Dodi?” tanyaku pada rudy

“halah, paling dia juga lagi cari gebetan” jawab Rudy enteng

“diminum dulu Dish?” tawar Rudy kepadaku sambil mengulurkan gelas minumanku

“iya Rud” balasku dengan menerima gelas dari tangan Rudy

‘huk...’

Aku sedikit terbatuk karena rasanya cukup keras meskipun sebenarnya ini termasuk minuman ringan, namun karena aku sebelumnya belum pernah minum minuman beralkohol tentunya tubuhku sedikit memberikan penolakan.

“Dish, pelan-pelan minumnya” Rudy duduk merapat ketubuhku dan memijit pelan punggungku

“ha ha maaf ya Rud, baru pertama kali ini bagiku” balasku

“santai saja Dish, ndak usah buru-buru” tambah Rudy yang semakin memepetkan tubuhnya ke badanku.

Tubuhku menjadi semakin hangat setelah beberapa kali tegukan Whisky Cola yang dihidangkan, sedikit demi sedikit pengaruh alkohol mulai kurasakan. Perasaan hangat dan ‘ringan’ mempengaruhi panca indraku meskipun pandangan, pendengaran dan penciumanku masih berfungsi penuh.

“kuat juga kamu Dish, biasanya yang baru pertama kali minum bakalan muntah” kelakar Rudy yang masih memijit pundakku. Aku hanya tersenyum menanggapi pujiannya dengan melanjutkan meneguk Whisky Colaku. Pikiranku seperti terbang dan semakin rileks, semakin banyak yang aku teguk semakin hangat dan ringan tubuhku rasakan.
Apalagi iringan musik house yang sedari tadi menghentak membuat tubuhku bergoyang perlahan mengikuti alunan iramanya. Sepertinya aku sudah mulai dapat beradaptasi dengan lingkungan baruku ini.

“asyik juga ya Rud disini” sahutku tiba-tiba dengan tetap menggoyangkan pelan tubuhku

“oh, iya lah Dish” jawab Rudy kaget karena dia tengah memandang wajahku yang memerah akibat sedikit mabuk.

“kamu kenapa Rud, wajahmu kok aneh?” lanjutku

“ah gak apa-apa Dish, kamu cantik” puji Rudi padaku sambil matanya tak lepas dari memandangi tubuhku

“gombal kamu Rud, pasti banyak kan cewek yang kamu gombalin” balasku

“banyak memang, tapi gak ada yang se’istimewa’ kamu” lanjutnya

“istimewa?” tanyaku. Rudy tidak menjawab, dia hanya tersenyum dan mengalihkan pembicaraan kearah yang lainnya. Sementara suasana semakin malam semakin ramai saja karena semakin banyak pengunjung berdatangan.

“kamu mau ‘turun’ Dish?” tanya Rudy mengalihkan pembicaraan

“pengen sih sebenarnya, tapi aku malu” balasku

“ya udah didepan saja, ndak usah jauh. Tuh juga banyak yang turun disekeliling kita” kata rudy melihat keragu-raguanku.

Kulihat memang banyak yang sekedar menggoyangkan badan didepan tempat mereka duduk, ada yang sendiri ada juga yang bergerombol sambil berbicara.

“baiklah” sahutku memberanikan diri, sembari aku membetulkan camisole dan rok yang aku kenakan karena sedikit kurang rapi atau bisa dikatakan tersingkap

Aku mengatur nafasku dan menata mentalku, ada perasaan deg-degan karena untuk pertama kalinya aku akan menggoyangkan tubuhku diirinngi hentakan musik house di klub malam. namun ada dorongan kuat dari tubuhku untuk menjadi ‘berani’ karena pengaruh minuman beralkohol yang aku minum.

“perhatikan baik-baik ya” godaku pada Rudy sambil kukedipkan mataku

“i..iiya dish” jawab Rudy tergagap

Sekali lagi kuteguk minuman digelasku untuk menguatkan diriku nantinya...mengikuti irama musik yang menghentak, perlahan aku mulai memenggoyangkan badanku, kuberikan senyuman yang menggoda kepada Rudy dan dia pun membalas senyumanku. Semakin lama kesadaranku hilang dan diambil alih oleh pikiranku yang mulai melayang. Dan dengan sadar, aku meliuk-liukkan tubuhku didepan Rudy yang hanya duduk dan menikmati suguhanku. Kugoyangkan pinggulku kekanan dan kekiri secara bergantian.

Rok yang kukenakan berbahan silky jeans ikut tersibak saat tubuhku menghentak begitu juga payudaraku yang turut bergoyang indah. Aku yakin Rudy dapat melihat selakanganku yang masih tertutup celana dalam hitam berenda yang kukenakan malam itu untuk menutupi liang senggamaku yang tentunya masih tersegel rapat. Aku seperti kesetanan, hampir saja aku melepas camisole yang kupakai malam itu jika Rudy tidak memanggilku. Rupaya pria itu cukup gentle juga untuk tidak membiarkan tubuh indahku ini ditatap banyak pasang mata jika aku benar-benar melepas camisole yang aku pakai.

Namun berkali-kali aku dengan berani saat aku meliukkan dan menggoyangkan pinggulku, tanganku dengan sengaja menarik rok silky jeansku ini keatas memamerkan kemulusan pangkal paha dan gundukan selakanganku.
Keringat deras mulai membasahi tubuhku, begitu juga camisole putih yang kukenakan ini, sudah sangat basah dibagian dada dan punggung. Sehingga cetakan BRA dan payudaraku semakin melekat erat ditubuhku. Dengan tatapan sendu, aku ajak Rudy untuk bergabung bersamaku.

“lets join the show Rudy” ajakku

Rudy dengan tanggap segera berdiri dan mulai bergoyang bersamaku, tubuhnya menempel erat dipunggungku. Dan sesekali kurasakan adanya tonjolan yang menekan-nekan belahan pantatku. Aku yang sudah seperti kesetanan justru menggoyangkan pantatku tepat diantara tonjolan itu. Aku bergoyang semakin erotis, pikiranku semakin enjoy menikmati setiap hentakan musik.

Ketika aku berbalik, rudy menatap lekat wajahku dekat. Aku masih terus menggoyangkan badanku, yang tentunya tonjolan payudaraku yang membusung indah bergesekan dengan dada rudy yang bidang. Rudy yang hanya memakai tshirt tentu dapat merasakan betapa kenyalnya payudaraku. Dia mencoba memberanikan diri untuk mencium bibirku, aku yang melihat hal itu justru memejamkan mata mencoba untuk menikmati, namun sebelum ciuman itu terjadi Dodi, Dimas, Pras dan Bayu datang bersama dengan 2 orang perempuan yang kutaksir sebaya denganku.

“wah enjoy the night dish” ujar Bayu

“hebat kamu Rud, si Bunga kampus bisa ada kemajuan” puji Dodi

“ha ha, bukan bukan, memang dishanya saja yang lagi pengen hapy” jawab Rudy

“apaan sih kalian” balasku dengan tetap menggoyangkan tubuhku dengan pelan

“oia, ini kenalin kristina dan Puspa. Kita tadi ketemu didekat meja barteder, jadi aku ajak sekalian kesini biar malam ini makin rame” jelas Pras

“wah kebetulan, aku ada temaan jadinya” sahutku

“kristina, puspa jadi kenalin mbak yang cantik ini namanya Disha dan mas yang itu namanya Rudy” ujar Bayu mengenalkan kami pada kedua gadis cantik itu.

“salam kenal ya mbak” sapa ku ramah

“ayo gabung dulu, kebetulan tadi masih nunggu mereka berempat” jawab Rudy yang memandang kearah teman temannya.

Setelah percakapan yang ringan, kami lantas mengambil duduk ditempat kami tadi. Aku duduk disebelah Rudy, sementara dodi dan bayu duduk mengapit Kristina sedangkan Dimas dan Pras duduk mengapit Puspa.
Kedua gadis yang baru kukenal tersebut sepertinya sudah tidak asing dengan kehidupan dunia malam seperti yang baru kualami malam ini. Terlihat dari pakaian mereka yang sangat terbuka bahkan bisa kubilang sangat minim. Keduanya memakai rok ketat yang pendek dengan atasan blouse yang berbelahan dada rendah. 
Meskipun sepertinya payudara mereka tidak terlalu besar, namun dengan setelan baju yang pas, meembuat mereka berdua sangat menggoda. Apalagi mereka memiliki kaki yang jenjang dan tubuh yang ramping. Pantas saja keempat temanku itu mengajak mereka bergabung, dasar mata keranjang.

“sudah sering kemari mbak?” tanyaku ramah setelah sebelumnya menyerahkan dua gelas chivas pada mereka berdua

“iya mbak, kami setidaknya seminggu 2 kali kemari, ya kan kris” jawab puspa sembari menerima gelas yang aku serahkan

“iya, disini tempat kami menghilangkan kejenuhan setelah kuliah” balas kristina 

“sama kalau begitu, saya juga baru pertama kali kesini dan benar disini bisa buat diri rileks” sahutku
Kami bercerita panjang lebar dan diselingi guyonan ringan yang dilontarkan oleh bayu dan dimas. Mereka berdua memang paling bisa mencairkan suasana dan dapat dengan cepat akrab dengan orang lain yang baru dikenal. Rudy tidak banyak bicara, dia hanya tersenyum kepadaku yang aku tahu maksud dari senyumannya itu. Mungkin dia merasa tanggung karena tadi hampir saja dia memagut bibirku. 

“ayo turun lagi, musiknya asik nih” tawar Pras pada kedua gadis yang mereka bawa. Akhirnya setelah kami menghabiskan minuman yang ada digelas masing-masing, satu persatu dari kami akhirnya turun untuk menggerakkan badan. Ketika aku hendak beranjak, tiba-tiba saja Rudi meremas telapak tanganku seperti memberikan kode.

“ayo rud, kita bergoyang lagi” ajakku meraih tangannya yang segera disambut oleh Rudy.

Aku, Kristina dan Puspa bergoyang mengikuti alunan musik yang menghentak. Kembali, pengaruh alkohol membuat kami bergerak sesuai dengan iringan musik, dan tidak ada lagi rasa canggung meskipun kedua perempuan tadi baru mengenal kami. Aku yang sebelumnya telah terbawa suasana memutuskan untuk mengikuti arus, toh Rudy tadi sudah melihatku bergoyang dengan erotis. Tidak apalah pikirku jika Bayu, Dodi, Dimas dan Pras juga melihatku demikian. Toh mereka sedikit mabuk juga, apalagi sekarang aku ada temannya Kristina dan Puspa.

Kami bertiga, para gadis bergoyang ditengah dikelilingi para cowok. Kami sangat menikmati alunan musik yang menghentak seolah memacu adrenalin kami agar berani. Sudah tak kuperdulikan lagi dengan siapa aku bergoyang, kadang dengan Rudy, kadang dimas dan kadang pula dengan Pras. Kami bertiga bergoyang dengan erotis, membuat kelima teman pria kami panas semakin merapatkan diri bergoyang bersama. Aku sudah tidak memperdulikan lagi adanya tangan-tangan yang menjamahi pantat dan pinggulku, entah tangan siapa itu aku tak ambil pusing. Begitu juga dengan Kristina dan Puspa yang tubuh mereka tak luput dari jamahan teman-temanku. 

“kamu hot sekali dish” tiba-tiba ditengah goyanganku Rudy membisikkan sesuatu ditelingaku

“really?”Kubalikkan badanku dan kutatap wajahnya. 

“kamu bikin aku on” tambahnya lagi saat aku melingkarkan kedua tanganku dipundaknya, menggoyangkan pinggulku memainkan bibirku untuk semakin menggodanya, begitu berulang-ulang. Mungkin karena Rudy sudah tidak tahan, kedua tangannya meraih pinggulku dan menarikku dalam pelukannya.

Matanya yang sudah sangat bernafsu menatap lekat pada mataku. Kami dengan perlahan, mengambil jarak memisahkan diri dengan teman-teman kami. Sementara Kristina dan Puspa juga nampaknya sibuk meladeni ke empat teman kami yang tengah asyik menggerayangi tubuh mereka.

Rudy agak mendorongku hingga aku bersandar pada tiang yang ada dibelakangku. Aku dapat mendengar dengusan nafasnya karena kami bergoyang cukup dekat. Kembali Rudy berusaha untuk mendapatkan bibirku. Tanpa sadar, aku mengarahkan tanganku kearah selakangannya, meraba batang penisnya yang telah ereksi dari luar celana.

“gak bohong ternyata” godaku ditengah nafsunya yang memburu

“aku mau kamu dish?” bisiknya lagi

Aku hanya memejamkan mata menunggu apa yang akan dia lakukan. Kurasakan sebuah benda hangat menyentuh permukaan bibirku. Yang lama kelamaan kurasakan adanya sesuatu yang hangat dan basah yang mendorong bibirku untuk terbuka. Aku yang dalam pengaruh alkohol dan sedari tadi mengikuti dorongan birahiku akhirnya akumemutuskan menikmati ciuman yang diberikan oleh Rudy. Aku masih memejamkan mataku saat akhirnya lidah nya berhasil memasuki bibirku yang terbuka. Kurasakan lidah rudy bergerak dengan dengan cepat melilit lidahku. Hingga akhirnya akupun membalas ciumannya. 

Ini adalah ciuman pertama yang kulakukan karena akupun sudah kepalang tanggung dengan semua ini. Aku membalas ciuman rudy dengan agak kaku hingga beberapa kali aku menggigit bibirnya.

“santai saja dish, nikmati saja tidak usah terburu-buru” ujarnya yang menyadari kalau aku rupanya belum pernah berciuman sebelumnya

“ini ciuman pertamaku Rud” bisikku

“iya, aku tahu. Nikmati saja, santai” sahutnya yang kemudian kembali melumat bibirku

Ditengah asyiknya kami bergoyang dan berciuman, tangan rudy tidak tinggal diam, dia berusaha menarik keatas camisole ku, dia berusaha menggapai payudaraku dari dalam namun kucegah. 

“jangan rud, jangan terlalu jauh” pintaku

Nampak raut kekecewaan diwajah rudy, aku tahu dia sudah sangat bernafsu pada tubuhku. Namun aku tidak ingin semua berakhir malam ini. Aku bahkan belum menjadi kekasihnya, tapi dia sudah mendapatkan ciuman pertamaku. Melihat kekecewaan Rudy, aku kembali bergoyang dengan erotis didepannya, pinggulku menari kekiri dan kekanan, sementara payudaraku menggesek erat pada dadanya.

Tanpa kusadari, justru aku yang memagut bibir Rudy dan dia meresponnya dengan tanggap. Tubuhku semakin didorong pada tiang sehingga tubuhku dan rudy semakin lekat. Aku yang dihadapannya menggoyangkan pinggulku kedepan dan keatas menggesek pada batang rudy yang keras. Rudy pun seolah tanggap dengan yang kulakukan. Didorong pinggulnya menggesek seirama dengan goyangan pinggulku sehingga kami seolah-olah bersetubuh.
Badanku semakin panas, aku merasakan perasaan aneh dari tubuhku. Rangsangan yang kami lakukan semakin panas disertai ciuman dan pagutan bibir kami. Dan pada akhirnya nafasku semakin memburu, hingga aku mulai mendesah menikmati permainan panas kami.

“aahhh ruuddd, aku ennakkk” desahku

“nikmati dish, aku juga sama” balas Rudy

Kami tidak menghiraukan lagi orang disekitar kami yang semakin malam semakin ramai orang berdesakan, sehingga mereka tidak menyadari apa yang kami lakukan. Hentakan dan dentuman musik tiada henti membuat goyangan kami semakin panas. Tangan Rudi akhirnya bermain di bongkahan pantatku, diremas-remasnya pantatku dengan gemas.

“ruudd, aku ndak tahannnn...aakkhhhh” aku merasakan sesuatu meledak dalam liang senggama ku, perlahan cairan hangat mengalir dari sana membasahi celana dalamku. Aku meraih orgasme pertamaku dengan Rudy melalui gesekan yang kami lakukan.

Aku kehilangan tenaga karena gelombang orgasme barusan, tubuhka lemas dan aku rebah dalam pelukan Rudy. Dengan cepat Rudy menangkap tubuhku agar aku tidak jatuh. Dibopongnya tubuhku kembali ke sofa. 

“minum dulu dish” sahut rudy menyerahkan segelas chivas padaku

Segera kuteguk minuman itu yang kembali membuat tubuhku hangat. Nafasku masih tersenggal, aku masih tidak mengerti apa yang aku alami tadi. Sementara rudy dengan telaten menemaniku.


“capek aku Rud” kataku pada Rudy

“iya dish, kamu duduk saja” balas Rudy menarik pundakku agar bersandar didadanya.

Aku hanya bisa pasrah saat dia menarik pundakku, aku rebahkan kepalaku pada dadanya yang bidang. Aku sudah tidak melihat keempat temanku dan juga kedua wanita yang barusan kukenal, Kristina dan Puspa. Rudy juga sepertinya tidak ambil pusing dengan tidak nampaknya teman-temannya tadi.

Rudy justru asyik membelai rambut panjangku, seolah dia tengah bersama kekasihnya sendiri. Aku benar-benar merasa nyaman dengan perlakuannya itu. 

“Rud, kamu sudah lama jadi player?” tanyaku tiba-tiba

“apa dish?” tanya Rudy agak kaget

“kamu sudah sering ‘main’ sama cewek?” kuulangi lagi pertanyaanku

“mmm” Rudy nampak bingung menjawab pertanyaanku

“santai aja lagi Rud, kan aku temanmu” ujarku kembali

“sudah dari SMA dish, dulu aku ditinggal kakak kelasku” jawabnya pelan

“wow, banyak berarti cewek yang sudah kamu kerjain?” tanyaku kembali

“ada sekitar 40 lah sampai dengan saat ini, itu tidak termasuk dengan WP lho Dish” jelas Rudy kepadaku.

“pantas sih, kamu lumayan ganteng” pujiku sambil memandang wajahnya

“udah ah Dish, sekarang aku ganti tanya kamu” balasnya

“mau tanya apa Rud?” kataku

“kamu benar baru pertama kali berciuman?” tanya Rudy padaku

“iya Rud, kenapa memangnya?” tanyaku balik kepadanya

“gak apa-apa sih, berarti aku dapat ciuman pertamamu dunk kalau begitu” balas Rudy bangga

“hiii iya Rud, kamu dapat ciuman pertamaku” balasku malu-malu

“apa Dish yang kamu rasakan saat kita berciuman tadi?” tanya Rudy kembali, 

“eh Rud, “ aku kaget dan kurasakan keningku tiba-tiba diciumnya

“boleh ya Dish?” aku tidak menjawab, hanya menganggukkan kepala untuk menjawab pertanyaannya karena kularangpun juga dia tadi sudah terlanjur mencium keningku

“lalu yang tadi Dish?” tanyanya kembali

“gugup aku Rud, jantungku berdegup lnebih cepat, dan terlebih lagi ada perasaan aneh yang mendorongku untuk 
dapat membalas ciuman dan pagutanmu” jelasku pada Rudy

“entah kenapa aku saat itu aku merasakan perasaan nyaman dan tantangan yang menjadi satu dalam diriku. Aku merasakan nyaman saat bibir kita pertama bersentuhan, saling melumat dan lidah kita saling mebelit. Dan tantangan yang aku rasakan adalah dorongan agar hal tersebut tidak segera berlalu begitu saja” tambahku lagi

“aku nambah lagi boleh Dish kalau begitu?” pinta Rudy padaku

“eh, gak boleh lah” ujarku saat dia hendak kembali mencium bibirku. Aku bangkit dan menjauh darinya

“lho kenapa Dish?” tanya Rudy heran

“gak apa-apa Rud, bagiku berciuman seperti tadi tidak butuh sekedar menempelkan kedua bibir, tapi juga adanya 
saat moment yang tepat. Entah kenapa aku sekarang merasa kurang nyaman” jelasku padanya agar dia tidak tersinggung

“iya dish, maaf kalau begitu” sambung Rudy kembali

“gak apa-apa Rud, gak ada yang perlu dipersalahkan” balasku menenangkannya

“Dish, kamu ndak ingin berpacaran?” tanya Rudy kembali

“belum, sama sekali belum kepikiran malah” jawabku

“kali aja, kamu mau jadi pacarku Dish” balas Rudy memancing reaksiku

“hahaha, kita temenan saja ya Rud, enakan gini kita bisa jalan bareng-bareng” balasku, kubelai pipinya agar dia tidak kecewa karena masuk friendzone

“iya dish, bener kamu. Asalkan aku bisa mencium bibirmu lagi saja” kelakar Rudy

“hmm, enak saja” aku dengan gemas mencubit pinggangnya

“kita cari teman-teman yuk Rud, sudah mulai jenuh aku” kulihat waktu sudah menunjukkan pukul 02.30, cukup lama juga kami berada di klub malam tersebut sehingga tanpa terasa hampir pagi. Pantas saja mataku sudah mulai berat dari tadi.

“iya Dish, lantas kamu nanti bagaimana?” tanya Rudy padaku

“aku ikut kamu ke kost an ya Rud. Kost ku jam segini sudah dikunci” ujarku padanya

“bener Dish?” tanya Rudy setengah tidak percaya, wajahnya yang tadi kusut karena masuk zona pertemanan 
berubah jadi berbinar-binar

“biasa aja Rud, wajahmu kok jadi mupeng begitu” balasku padanya

“heee, senenglah Dish jika kamu bisa tidur di kostku” jawab Rudy

“jangan macam-macam ya Rud tapi, janji” balasku dengan tegas mengingatkan Rudy

“iya Dish janji” ujar Rudy sambil mengangkat kedua jari telunjuk dan jari tengahnya

“yok, kita cari mereka Dish” tambah Rudy kembali sambil membantuku berdiri
Kami berdua berjalan dengan hati-hati, karena aku sedikit sempoyongan oleh karena itu Rudy membantu dengan memeluk pinggangku dari belakang agar aku tidak jatuh. Semakin malam semakin panas pertunjukan yang disuguhkan, begitu pula dengan para pengunjungnya yang tidak malu-malu lagi untuk bercumbu dan bahkan sampai bersetubuh.

“jangan kaget Dish, ya beginilah kehidupan malam itu” ujar Rudy tiba-tiba karena aku terkejut dengan pemandangan yang aku lihat
Kami melanjutkan pencarian kami dan akhirnya aku menemukan mereka berenam sudah sangat mabuk dan kulihat blouse yang dikenakan Kristina dan Puspa sudah tidak dikenakan lagi dan teronggok diatas meja dan diatas sofa.

“bro, ayok cabut” ajak Rudy pada sahabat-sahabatnya

“yok brooo, tapi kedua cewek itu bagaimana?” sahut Dodi yang masih sedikit memiliki kesadaran

“nanti Kristina aku turunin di kosmu saja ya, kan kamu satu kost dengan Bayu. Sedangkan Puspa kuturunin dikostnya Pras dan Dimas” kata Rudy

“boleh lah kalau begitu bro, jadi kita bisa lanjuut” ujar Dimas yang tengah mabuk

“ayok cabut kalau begitu, kalian tolongin tuh Kristina dan Puspa” perintah Rudy kembali pada teman-temannya
Kristina dan Puspa sudah sangat teler, mereka tidak sadarkan diri sehingga mereka harus dipapah masuk kedalam mobil. Saat kami menuju tempat kami memarkir mobil, beberapa penjaga menatap tubuh kedua gadis itu dengan tatapan nafsu. Karena mereka tidak memakaikan kembali blouse kedua cewek itu sehingga payudara Kristina dan Puspa menjadi santapan siapapun yang kami lewati.

Dodi dan Bayu duduk dikabin tengah mengapit Kristina, karena kost an mereka yang pertama dilewati, sementara Dimas dan Pras duduk dikabin belakang mengapit Puspa. Dengan bergegas, Rudy mengemudikan mobilnya menembus jalan yang sudah mulai sepi dari lalu lalang kendaraan.

“hati-hati ya Rud,” kataku pada Rudy karena dia pun sebenarnya juga tengah dalam pengaruh alkohol

“siap Dish” jawab Rudy singkat bersamaan dengan pemindahan transmisi

Dari kaca tengah dapat kulihat mereka berempat kembali mengerjai Kristina dan Puspa. Tubuh mereka yang tidak berdaya karena tengah tidak sadarkan diri menjadi santapan keempat pemuda lapar. Semua bagian tubuh mereka tidak luput dari jamahan tangan-tangan yang jahil. 

Aku menyeritkan dahi, membayangkan seandainya posisiku ada dalam posisi mereka. Saat aku tidak sadarkan diri, mereka pasti akan segera mengambil kesempatan untuk menikmati tubuh indahku. Aku beruntung, meskipun Rudy seorang player, namun dia masih menghargaiku sebagai seorang wanita.

***

POV : Rudy

[​IMG] 
mulustrasi Disha

Aku biasa dipanggil Rudy dikampus, wajahku yang tampan membuatku bisa bergonta-ganti pacar sesuka hatiku. Maklum, aku juga merupakan kapten tim basket di kampus sehingga banyak mahasiswi yang mengidolakan aku. Karena hal itulah, sudah tidak terhitung puluhan gadis yang sudah berhasil kugagahi, dan belasan yang berhasil aku perawani. Bahkan banyak dari mereka yang memang dengan sengaja menggunakan tubuhnya agar dapat dekat denganku. 

Aku sangat menikmati hidupku, dengan kelebihan yang kumiliki bagaimana aku tidak menikmati kehidupan yang diberikan tuhan kepadaku. Dengan gampaangnya para gadis berdatangan kepadaku dan dengan sedikit rayuan gombal, mereka bersedia membuka pahanya lebar-lebar untukku. Namun, aku pada akhirnya harus mengakui jika ada seorang wanita yang sangat istimewa yang pernah kutemui selama hidupku. Disha Amalia, seorang mahasiswi tingkat 2, jurusan Farmasi. Seorang gadis yang tidak hanya memiliki kecantikan dan tubuh indah yang diidamkan para gadis sebayanya, namun dia juga merupakan gadis yang cerdas dan aktif berorganisasi. Ditingkat 2, Disha sudah didapuk mandat sebagai seorang sekretaris BEM Universitas dan juga aktif di UKM sastra yang karya tulisannya seringkali dimuat di majalah kampus.

Disha berbeda dengan para gadis yang selama ini ada dalam lingkaran hidupku, yang mana mereka dengan mudahnya tergoda oleh pesonaku. Disha gadis yang cuek, dan apakah kalian percaya jika gadis sesempurna itu belum memiliki pacar? Percayalah, Disha lebih memilih berjalan menggengam buku daripada harus berjalan berduaan dengan lelaki. Namun, aku mempunyai firasat yang lain tentang gadis itu, bukan karena kesempurnaan fisiknya, namun kepribadiannya.

Berdasarkan pengalamanku didunia perlendiran, seorang gadis yang cuek memiliki sisi lain yang tidak diketahui orang lain. Itu yang terbesit dalam pikiranku, jika Disha pasti memiliki hal tersebut. Aku perhatikan dia semenjak awal masuk, Disha mulai ada perubahan dalam segi berbusana. Jika pada awal-awal dulu Disha selalu tampil dengan busana yang tertutup dan terkesan formal, sekarang dia menjadi lebih terbuka dan lebih banyak mengenakan busana casual seperti gadis sebayanya.

Disha seorang gadis yang supel, gampang dan mudah bergaul dengan siapa saja. Itulah sebabnya Disha banyak memiliki teman, terutama teman laki-laki yang tentu memiliki maksud tersembunyi dibalik kata ‘pertemanan’ tadi. Seperti halnya aku, aku sangat tertantang untuk bisa mendapatkannya, terutama aku ingin dapat menikmati tubuhnya yang indah dan menggoda iman setiap orang yang memandang.

Sore itu aku dan teman-temanku belajar kelompok di kost Disha, aku dan teman-temanku cukup kaget melihat penampilan Disha dikostnya. Dia menemui kami hanya dengan mengenakan atasan camisole ketat dan rok diatas lutut yang mana kainnya sering tersibak oleh angin sehingga aku dan teman-temanku mendapatkan pemandangan indah kemulusan paha Disha. Kami minta diajari Disha itupun sebenarnya akal-akalanku agar bisa dekat dengannya, sengaja kami ulur-ulur waktu hingga malam menjelang dan dilanjutkan dengan jalan ke klub malam. ini merupakan malam pertama bagi Disha menginjakkan kakinya di klub malam.

Dan ternyata ini adalah malam keberuntunganku...dari awal aku sudah menduga jika Disha memang memiliki sisi lain dalam dirinya, dan menurutku sisi itu adalah sisi eksibisionis, karena dengan perlahan Disha mulai mengganti semua pakaiannya menjadi pakaian yang seksi dan ‘terbuka’, yang tentunya dapat memamerkan keindahan asset tubuhnya. Dan aku mencobanya dengan mengajaknya malam ini. 

Minuman beralkohol memang ampuh untuk menunjukkan sisi sejati seseorang, itulah falsafah yang aku pegang. Disini tidak ada yang namanya orange jus apalagi es teh, semuanya pasti mengandung alkohol, aku mencoba yang paling ringan dengan memesankan Whisky Cola supaya dia dapat berkenalan dengan minuman beralkohol.
Setelah meneguk beberapa kali whisky cola, Disha perlahan semakin berubah berani, aku berhasil mengeluarkan sisi liar dalam dirinya. Dengan sendirinya dia bergoyang didepanku, mengikuti hentakan dentuman musik house yang disajikan. Goyangan yang semula tenang, kini semakin menghentak dan erotis. Bahkan dengan sengaja Disha berani menggoda dengan sengaja menarik rok silky jeansnya keatas sehingga beberapa kali aku disuguhkan pemandangan selakangannya yangg masih tertutup celana dalamnya yang berwarna hitam .

“lets join the show Rudy”

Aku tak mungkin mensia-siakan kesempatan yang mungkin tidak akan datang dua kali, aku bergegas menghampirinya dan ikut bergoyang bersamanya. Aku dapat mencium harumnya parfum dari tubuhnya karena begitu dekatnya tubuh kami. 

Dengan sengaja aku yang berada dibelakangnya beberapa kali menggesek-gesekkan batang penisku yang sudah sangat tegang ke belahan pantatnya karena menonton Disha yang tengah bergoyang dengan seronok. Aku yakin disha menyadari perlakuanku itu, karena aku juga merasakan Disha meresponnya, dan yang aku kaget itu bukan respon penolakan. Disha justru membalas dengan semakin menekan belahan pantatnya pada batang penisku dan bergoyang seolah aku tengah menyetubuhinya dari belakang.

Dan saat Disha membalikkan badan, kini aku dapat memandang lekat wajahnya. Kulihat wajah Disha yang setengah mabuk dipengaruhi oleh minuman beralkohol, terilhat sangat menggoda. Tubuh kami saling bergesekan, dan dapat kurasakan kekenyalan payudara Disha menggesek-gesek dada bidangku.

Mungkin inilah saatnya, aku ingin mencium bibirnya... kulihat Disha justru memejamkan matanya, seolah mengerti maksudku. Bibir yang indah dan selalu terlihat basah. Aku yakin, aku lah lelaki pertama yang akan mendapatkan ciuman pertama darinya. Dan saat moment itu hendak terjadi, tiba-tibake empat temanku tadi datang bersama dua orang perempuan yang belum aku kenal. Mereka tampaknya terkejut melihat Disha yang berangkat bersama mereka tadi berubah 180 derajat menjadi gadis yang terlihat binal. 

Sial sekali gerutuku... namun rupanya dewi fortuna masih berpihak kepadaku. Setelah kami beristirahat sejenak dan berkenalan dengan kedua gadis yang mereka bawa, yang aku tahu bernama Kristina dan Puspa. Pras kembali mengajak kami untuk kembali turun menikmati musik yang semakin menghentak jiwa muda kami.

Para gadis berada ditengah bergoyang dengan erotis. Disha yang baru pertama kalipun seolah tidak mau kalah dengan Kristina dan Puspa yang sudah tidak asing dengan kehidupan malam. kami para lelaki hanya mampu memandangi ketiga tubuh indah itu dengan tatapan penuh nafsu sebelum pada akhirnya kami ikut bergabung dengan mereka. Dengan bernafsu kami bersamaan mengerayangi tubuh para gadis seksi itu. Tangankupun tak luput dari menjamah pantat dan tubuh indah Disha. Kulihat Kristina dan Puspa juga sudah dikerjai oleh teman-temanku.

“kamu hot sekali dish” Ditengah goyangan kami, aku kembali mencoba untuk menggoda Disha.

“kamu bikin aku on” ujarku lagi, yang dibalas Disha dengan melingkarkan kedua tangannya pada leherku. Aku semakin tergoda untuk dapat segera menjamahnya. Kutarik pinggulnya kedalam pelukanku, dan Disha tetap melanjutkan menggoyangkan pinggulnya lekat-lekat pada tubuhku. Disha pun sepertinya sudah semakin terbawa nafsunya sendiri, karena dapat kulihat dari sorot matanya, ada hasrat yang ingin dia tuntaskan. 

Kami mengambil jarak dari teman-teman kami, aku menariknya dan menyandarkannya pada tiang yang ada didekat kami. dan tiba-tiba Disha memegang batang penisku yang sudah tegang dari luar celana. Aku yang kaget dengan keberaniaannya akhirnya mencoba kembali mencium bibirnya karena Disha kulihat kembali memejamkan matanya. Ah.. betapa lembut bibirnya saat kedua bibir kami untuk pertama kalinya bertemu, hangat dan basah. 
Lidahku mencoba mendorong bibirnya yang masih terkatup, dan akhirnya usahaku membuahkan hasil. Lidahku berhasil mendesak masuk dan dengan segera kulumat bibir indah Disha dan dia membalas pagutanku. Jadilah saat itu kami berciuman basah dan lama, lidah kami saling tertaut seperti tidak mau lepas.

“ini ciuman pertamaku Rud” bisik Disha lirih

Akhirnya, akulah lelaki pertama yang mendapat ciuman pertama dari Disha, gadis bunga kampus yang sangat diidam-idamkan tidak hanya mahasiswa, namun juga staff pengajar dan dosen. Bibir yang sangat lembut dan basah kini membalas ciuman dariku. 

Aku yang terlena dengan kenikmatan yang aku dapat dari bibir indah Disha, tanpa sadar tanganku berusaha menyingkap camisolenya untuk masuk dan meraih payudaranya yang besar menggoda itu. Namun belum sempat aku meraihnya, tangan Disha menepis tanganku.

Jujur, aku sedikit kecewa dengan penolakan Disha. Karena siapa yang tidak kecewa disaat nafsu sudah di ubun-ubun dan kita masih memiliki akal sehat yang membuat kita menghentikan apa yang kita lakukan. Disha sepertinya melihat kekecewaan dari raut wajahku, sehingga meski dia tadi sempat menolak, Disha tetap melanjutkan goyangan erotisnya untuk merangsangku. Payudaranya yang besar dan kenyal mengesek lembut dadaku yang bidang, dan Disha tiba-tiba memagut bibirku. Kami berciuman untuk kedua kalinya dengan panas, dan kurasakan Disha menggoyangkan pinggulnya dan membuat selakangannya menekan-nekan batang penisku. Rasanya ingin sekali aku dapat menyetubuhi gadis cantik ini.

Semakin lama goyangan pinggul Disha semakin cepat menekan-nekan batang penisku. Kulihat tubuhnya sudah basah penuh dengan keringatnya. Disha semakin cantik dan terlihat seksi saat berkeringat seperti ini.

“aahhh ruuddd, aku ennakkk” desah Disha. Kuraih pantat indahnya yang membulat kencang dan kuremas-remas dengan bernafsu. Mimpi apa aku kemarin malam, karena malam ini aku bisa merasakan kenikmatan dari tubuh Disha.
ruudd, aku ndak tahannnn...aakkhhhh” tanpa diduga-duga, Disha mendapatkan orgasme pertama dalam hidupnya tanpa adanya coitus atau persenggamaan. Nafas Disha tersenggal-senggal, wajahnya memerah penuh nafsu. Dan tiba-tiba saja tubuhnya terasa lemas dan jatuh. Dengan sigap aku mengkapnya dan membawa Disha kembali ke Sofa.

Kuambil segelas chivas dan kuberikan pada Disha agar tubuhnya kembali hangat. Disha dengan segera meraihnya dan meneguk gelas yang aku berikan. Disha terlihat sangat letih setelah mendapatkan orgasme barusan. Aku memintanya untuk tetap duduk saja dan beristirahat sambil menunggu teman-temanku yang ternyata sudah lepas dari pandangan. Kuraih Disha agar dia dapat rebahan di dadaku. Meskipun aku sangat bernafsu menidurinya, namun aku harus tetap terlihat gantle agar dapat mengambil hatinya. 

“Rud, kamu sudah lama jadi player?” tanya Disha tiba-tiba


“apa dish?” aku cukup kaget saat Disha menanyakan hal tersebut

“kamu sudah sering ‘main’ sama cewek?” Disha mengulangi lagi pertanyaannya
Aku sendiri sebenarnya cukup bingung harus menjawab bagaimana pertanyaan Disha ini, karena tentu saja hal 
tersebut akan membongkar kartuku sendiri.

“santai aja lagi Rud, kan aku temanmu” ujarnya kembali, rupanya Disha mengerti keragu-raguanku jika aku menceritakan semuannya, namun sepertinya aku memang tidak punya pilihan.

Akhirnya aku menceritakan awal mula aku bisa menjadi player, itu semua karena sakit hatiku saat ditinggal selingkuh oleh kakak kelas saat SMA. Dan akupun bercerita berapa banyak gadis yang sudah berhasil aku perawani. Disha menyimak ceritaku dengan seksama dan yang tidak kusangka Disha memaklumi hal tersebut karena katanya aku cukup ganteng.

“apa Dish yang kamu rasakan saat kita berciuman tadi?” Karena tadi Disha bertanya padaku, kini giliranku yang balik bertanya kepadanya

Disha mengatakan jika dirinya gugup dan dia merasakan perasaan aneh yang mendorongnya untuk membalas ciumanku. Disha juga merasakan kenyamanan saat kami berciuman tadi. Namun saat aku hendak menciumnya kembali, Disha menolakku dengan halus. Namun hal tersebut justru membuatku semakin percaya diri, aku akan mengatakan cinta kepadanya malam ini. 

Dan ternyata Disha sampai saat ini pun belum ada niatan berpacaran meskipun aku adalah laki-laki yang memperaawani bibirnya. Disha masih belum menemukan sesuatu yang tepat dalam diriku agar membuatnya bisa menjadikanku pacarnya. Tidak apalah, baru kali ini aku ditolak oleh cewek. Namun yang menolakku memang cewek yang istimewa, beda dengan mereka yang pernah merasakan batang penisku meneytubuhi mereka.
Malam semakin larut, dan kami memutuskan untuk mencari teman-teman. Disha aku tawari untuk menginap dikostku malam ini karena pagar kostnya sudah pasti ditutup. Setelah sebelumnya Disha membuatku berjanji agar aku tidak macam-macam dengannya saat berduaan dikamar. Meskipun begitu, aku masih berharap malam ini dewi fortuna berpihak kembali kepadaku...

bersambung...
apakah akan ada hal yang terjadi saat Disha menginap di kost Rudy???