Minggu, 19 Maret 2017

Astaga, Bapak ! part 4

Malam yang kelam tanpa bintang karena mendung dan berawan , suasananya sedang dingin seusai hujan turun. Di kala orang-orang sedang menikmati ketenangan saat udara bikin menggigil, seorang wanita muda sedang 'berpanas-panasan' disetubuhi ayah tirinya. Ia meracau tak karuan ketika sang ayah memompa penisnya dalam-dalam. Payudaranya yang berukuran 36b berayun-ayun, sesekali tangannya meremas sendiri. Dalam posisi menungging, wanita itu hanya bisa meremas sprei kasur kamarnya yang bermotif bunga-bunga sambil mengatur ritme pinggulnya yang bergoyang mengiringi sodokan penis sang ayah. Nafasnya yang sesak seolah ingin menghirup seluruh udara yang ada di kamarnya. Rambut sang wanita yang panjang menutupi wajahnya mengibas kesana kemari berkali-kali karena tak kuasa menahan rasa akan hujaman penis sang ayah tiri.

"Aahh ayahhh udahhh hentikann yahh".

"Belum sayangg, ohhhh".

"Nantii keburu ketahuan ibu yahh ahh", wanita muda itu merengek.

"Oke kalau itu memang mau kamu...urghh urrghghh", sang ayah tiri mempercepat laju pompaan penisnya".

"Aaahh aahh aayyaahh hhhh".

" Ohhh enakkk memekmu sayang ketimbang ibumu" sang ayah tiri makin mempercepat adukan penisnya.

"Aahhh Ayahh ayoo buruann lebih cepet lagii ...cairan vaginaku mau keluar ahh".

"Iya sayang... ayah cepetin ini urghh urghh arghhh ayah keluaarr sayangg crottt crrott", sang ayah orgasme lebih dulu.

"Aaahh ayahhh akuuu jugaaaa keluar creettt ccrusssshhhh".

Sang Ayah menekan seluruh batang penisnya dalam vagina sang putri seraya menahan agar seluruh lahar panas yang ia miliki benar tertanam dalam rahim anak tirinya tersebut. Kepalanya mendongak ke atas seakan ia ingin seluruh spermanya habis dan membibiti lahan subur milik anak tirinya. Keringat pun mengucur dari dahi dan ubun-ubun kepala hingga mengalir dan membasahi leher dan dadanya yang tak bidang karena bertumpuk lemak. Kedua tangan sang ayah pun tak diam, ia menahan pinggul putrinya agar tak buru-buru vagina sang putri lepas begitu saja dari batang kemaluannya yang sedang orgasme. Namun tak beberapa lama, setelah merasa seluruh spermanya tumpah, barulah sang ayah mencabut batang penisnya. Lega bercampur puas sekaligus mengantuk sedang sang ayah rasakan. Ketika merasakan itu, sempat Ia lihat sejenak cairan kental miliknya tumpah ruah memenuhi ruang liang senggama putrinya. Sang putri yang tahu kalau kemaluan sang ayah tak lagi menancap dalam vaginanya, tak ragu lagi untuk langsung merobohkan pinggulnya yang semenjak tadi terangkat menungging. Sementara sperma sang ayah yang tak masuk ke dalam rahimnya tumpah menjalar membasahi sprei sekaligus kasurnya. Wanita muda itu tidak peduli lagi. Ia lelah dan kantuk pun tak bisa ia tangguhkan.

Di lain hal, sang ayah selagi memungut pakaiannya, tanpa rasa berdosa sama sekali meninggalkan anak tirinya tersebut dalam keadaan tak berbusana seorang diri. 

"Rajin, rajin yaa kamu minum pil kb, biar ayah bisa dengan bebas entot kamu terus sayang fiuhh", ucapnya

### ​

Hadehhh, jadi gak bisa tidurkan. Padahal, sudah malam. Besok sekolah. Tadi udah ngantuk. Mata udah 5 watt. Pikiranpun kosong. Gak ada bapak lagi. Eh, ada tante linda dan om firman datang. Terpaksa aku buang jauh-jauh rasa kantukku itu. Ya mau bagaimana lagi. Hari ini, detik ini, mereka akan segera menjajah kamarku. Aku sekarang selayaknya jepang di tanah koloni, pasca perang dunia 2, yang menyerah pada sekutu. Tak ada perlawanan. Tak ada bantahan ketika om firman dan tante linda datang yang mana mau tak mau harus kujamu. Meski sementara waktu kata ibu, tetap saja tidak tentu. Aduh, ckck. Akan tetapi biarlah. Aku yang sedang duduk menemani ibu di ruang tamu sembari bercengkrama dengan pasangan yang akan menempati kamarku, sibuk memperhatikan tante linda.

Aduhai, tante linda, kamu sungguh mempesona. Bibir sensualmu yang kemerahan itu ingin sekali kucium. Entah biar aku ini keponakanmu, tapi ingin sekali aku menjadi kekasihmu yang kedua. Wahai Tanteku, mengapa engkau benar sungguh menggodaku yang sedang mengalami transisi pendewasaan ini....

"Yuda, yud, om firman nanya tuh, kok kamu diem..", ibu mencolek pahaku.

"Eh, iya? Nanya apa ya om?", ucapku terkejut.

"Tuh kan, kebiasaan kamu. Suka gak merhatiin orang ngomong deh", timpal ibu menyindir.

"Haha.."Om firman tertawa sesaat dibarengin senyum manis tante linda.

"Iya yuda, sekolah kamu gimana? lancar?", lanjut om firman

"lancar jaya om!", sahutku.

"lancar diomelin bapaknya, man", sanggah ibu.

"Haha... yuda masih belum berubahh yaa, yud, yud", geleng-geleng om firman.

"Ayo yuda jangan males dong, semangat belajarnya!", timpal tante linda yang tahu kelakuanku dari om firman.

"Tuh lihat, tante linda sampe nyemangatin kamu tuh", sahut ibu.

Aku sontak tersenyum ketika tante linda menyemangatiku. Entah dari mana tiba-tiba ada energi yang masuk ke tubuh yang lekas membangkitkan motivasiku untuk belajar. Aku jadi bergairah sekarang. Mungkin, karena tante linda yang menyemangatiku dengan pesonanya, bukan bapak dengan ocehan dan omelannya yang hampir membuat kupingku ini tuli. Gemas sekali rasanya aku dengan tanteku ini jadinya. Dalam hati, aku ingin sekali miliki ilmu mata tembus pandang atau kacamatanyalah yang mungkin lebih logis untuk diwujudkan. Aku penasaran ingin melihat tanteku ini dalam keadaan tak berbusana. Terlebih lagi, aku ingin melihat bentuk payudaranya yang selalu membuatku liar berfantasi Namun, entah bagaimana caranya, aku tidak tahu.

"Heh yuda, dengerin tuh tante kamu barusan ngomong apa", tegur ibu padaku.

"Iya bu. Aku denger kok".

"Eh iya mbak, kamarnya dimana ya?", sela tante linda clingak-clinguk.

"ohh. Yuda, tolong anterin tante linda ke kamarnya dong", perintah ibu.

"siap bu!".

"Yaudah lin, kamu masuk ke kamar duluan aja. aku pulang dulu mau ngambil seluruh barang-barang kita", ucap om firman beranjak berdiri.

"Enggak besok aja mas?", sanggah tante linda

"Besok pagi aku kan harus nganter kamu. Lagipula kalau bisa sekarang, kenapa engga sih.."

"Yaudah deh mas", jawab tante linda rela.

"Mbak, yuda, titip linda sebentar yaa", pesan om firman kepadaku dan ibu.

"iya om", ucapku sembari tersenyum malam itu.

### ​

"Yuda, anterin gih tante linda ke kamarnya", perintah ibu.

"Iya bu, yuk tante linda ...".

Setelah om firman meninggalkan rumahku untuk mengambil dan mengemas barang-barangnya di rumah kontrakkan, aku disuruh ibu untuk membimbing tante linda yang sedang mengenakan kemeja formal putih dan celana panjang hitam ke kamarku, kamar yang akan menjadi tempat dia dan om firman tidur untuk sementara waktu yang tidak bisa ditentukan. Aku sebenarnya masih belum tahu mengapa om firman dan tante linda pindah ke sini. Ibu kutanya selalu enggan menjawab. Alhasil, kuterka-terka saja kalau om firman sebetulnya tidak kuat lagi untuk membayar kontrakkan karena dia sudah tidak lagi bekerja. Jantungku kini berdegup kencang. Di dekat dan di belakangku ada seorang wanita dewasa yang selalu menjadi fantasi seksualku. Entahlah mengapa. Mungkin, karenaku ini yang belum jua punya kekasih. kini dan esok, aku akan tiap hari melihat tante linda. Oh, kuharap ia.... ah sudahlah bukan saatnya melamun jorok. Apa jadinya kalau aku sampai 'ngaceng' depan tante linda. hhmm...

Sesampai depan kamarku yang tak berdaun pintu, kuberhenti dan tengok sejenak tante linda yang semenjak tadi berjalan mengikutiku di belakang. Kutengok dan Kulihat ia berhenti juga. Tampak kupandangi ia sedang memegang tas kantor selempang dan menenteng blazzer yang berwarna hitam. Sempat pula kulihat tadi kancing kemeja bagian atasnya terbuka, seolah-olah memberi harapan bagiku untuk bisa mengintip isi bagian dalamnya. Huh, dasar, terlalu berharap diriku itu terjadi. aahhh sialan, gara-gara berpikir begitu penisku ini pelan-pelan ereksi.

"Kamarnya di sini?", tanya tante linda 

"Iya tante, yuk masuk", senyumku ramah seraya membimbingnya masuk.

"Wihh kamar kamu rapih banget .... kayaknya anggapan om firman tentang kamu males itu keliru deh", puji tante linda setelah melihat rapinya kamarku.

Aku hanya tertunduk malu ketika tante linda memujiku begitu karena sebetulnya kamar ini aslinya memang berantakan dan malas sekali kurapikan. Namun, karena itu perintah ibu yang teringat kamar anak lelakinya akan ditempati oleh adik beserta adik iparmya, maka ia perintahkan aku untuk merapikan. Aku yang ingin menyambut tante linda penuh kehangatan tak segan menuruti perintah ibu. Kuganti semua sarung bantal beserta spreinya. Kusapu dan pel pula lantainya. Tak lupa kuberi semprotan pengharum ruangan yang sepertinya sudah mau habis. Dan kini, aku dan tante linda sudah ada di dalam kamar yang telah kubersihkan dengan setulus hati. Kami berdua tampak sedang duduk di sisi ranjangku. Ia letakkan tas dan blazzernya di atas kasur. Setelah itu, kulihat Tante linda yang sedang duduk mencoba melihat-lihat seisi ruanganku yang tak ada benda unik apapun, kecuali perabotan rumah tangga, seperti lemari pakaian. Selagi tante linda memandangi isi kamarku, aku cukup deg-degan sambil terkadang mencuri pandang ke bagian kemejanya yang terbuka. Kulihat lehernya yang sedikit basah oleh keringatnya yang seolah-olah mengundang gairahku untuk ereksi. Oh, ingin sekali kucumbu dan jilati jenjang leher dan tengkuknya itu. Bibirku yang sedang mingkem merapat serasa ingin hinggap di sana. Lidahku di dalam mulut seakan memberontak ingin menjilati sesuati. Di sisi lain, pandangan mataku yang sedang tertuju pada lehernya, berharap ada lagi hal lain yang bisa kulihat. 

"Bagus dan rapi yaa kamarnya yuda", pujinya lagi

"Terima kasih tante", senyumku membalas.

"Eh iya, ngomong-ngomong ini kan kamar kamu, nanti kamu sendiri tidur dimana?", tanya tante linda menatap mataku.

"Enggg.. tante linda gak usah pikirin itu. Aku mah gampang, mau tidur dimana aja bisa kok. Yang penting bagi aku, tante linda sama om firman nyaman di sini", jawabku grogi karena nanar matanya menatapku.

"Hhhmm terima kasih ya yuda.., kamu sebagai keponakan tante baik banget", kagum tante linda padaku.

"Iya sama-sama tante",

Entah ada angin apa atau mimpi apa aku siang bolong tadi, tiba-tiba tante linda membuka kancing kemejanya satu per satu di depanku. Ia buka dari sisa kancing atas yang masih terpasang hingga perlahan turun ke kancing bagian bawah. Ku lihat tanktop hitam sebagai dalamannya yang ia kenakan. Oh, astaga, belahan dadanya terlihat. Ngaceng diriku ini. Tak sampai disitu, tante linda benar-benar mencopoti kemeja yang melekat di tubuhnya hingga ia letakkan kemeja itu di atas kasur. Oh, my god tante linda! Dihadapanku, aku melihat lengan putih nan mulus tante linda yang tak kalah sintalnya dengan lengan ibu. Ingin sekali kusentuh dan colek lengan itu. Namun, tetap saja yang istimewanya adalah buah dada tante linda yang menonjol seolah ingin keluar dari tanktopnya yang berwarna hitam tersebut. Kini pula bentuk payudara ukuran 34 d milik tante linda tergambar cukup jelas meski tertutup tanktopnya. Duh, tanganku ini ingin sekali meremasnya. Bukit kembar tante linda seraya sedang memelet diriku ini. Aku kepengen sekali melihat dan menjilati putingnya, serta memasukkanya ke dalam mulutku ini . Ohh aku sudah ereksi maksimal, ingin sekali diriku mendorong tubuhnya ke kasur, lalu lekasku telanjangi dan setubuhi dia. tante linda oh tante linda.

"Yuda? yuda? kamar mandinya dimana yaa?".

"Eh? di belakang deket dapur tante", sahutku

"Oh. Yaudah, tante ke kamar mandi dulu ya". balasnya.

Tante linda pamit kepadaku hendak ke kamar mandi. Kulihat pula ia yang berjalan keluar kamarku bentuk bokongnya berisi dan bulat. Hhm kalau tidak ada ibu, ingin kupukul saja langsung sampai ia menggamparku. Biarlah begitu, setidaknya aku bisa merasakan hangatnya bokong tante linda. Hadeehh, kenapa aku jadi berpikir begitu. Barangkali kerana Aku sungguh tegang dengan celana yang menyempit akibat ereksi maksimal melihat tante linda, apalagi ia sekarang berjalan hanya mengenakan tanktop di dalam rumahku.

"Tante linda, maukah engkau tidur dengan keponakanmu ini?", ucapku sambil mengelus penis sendiri.

###​

Malam semakin gelap. Awan kelabu yang mendung kini tidak terlihat, kalah dengan kelamnya langit yang tiada bulan dan tiada bintang. Jalanan masih basah meski hujan yang sudah mereda. Kerikil dan pasir bersimbah di jalanan sebagai hasil perbuatan kubangan air yang tergenang. Kendaraan berjubel di jalan itu. Berlomba-lomba siapa yang duluan. Motor-motor saling menyalip. Mobil-mobil saling membalap. Pada akhirnya mereka tak berkutik sama sekali karena macet yang tak terhindarkan. Memang nyatanya kemacetan tidak akan pernah berhenti. Tak kenal pagi, siang, dan malam, kecuali libur lebaran. itu juga di jalan-jalan tertentu. Satu per satu yang lembur di sebuah perusahaan mulai berhamburan untuk pulang kembali ke rumahnya dengan sukacita, berharap keluarga menyambut mereka, berharap bisa melepas lelah.

"Yuda mana, bu?", ucap suhardi setibanya di rumah kepada sang istri.

"Itu pak lagi belajar di ruang makan".

"Oh tumben, bagus deh kalau begitu. Itu anak ternyata benar-benar ingin membuktikannya kepadakku ..", ucap suhardi melihat tanda keseriusan yuda mau berubah jadi lebih baik.

"Eh iya pak, ada firman sama linda di rumah", ucap Dahlia memberitahu suaminya

"Loh, kok bisa?", tanya suhardi heran.

"Nanti aja ibu ceritain. Sekarang bapak sapa dulu aja mereka".

"Ohh gitu...", penasaran suhardi.

"Man...! Lin...! ada mas Suhar nih!", teriak kencang dahlia memanggil.

Ketika dahlia berteriak dengan suara yang khas menggema, dari kamar yuda lantas muncul dengan langkah kaki terburu-buru firman dan istrinya, linda. Keduanya terlihat tampak kompak memakai celana pendek yang berwarna hitam. Hanya saja, pakaian keduanya kenakan yang berbeda. Firman memakai kaos oblong berwarna putih dan linda memakai kaos u-neck berwarna ungu violet. Pasangan itu kini sedang berjalan menghampiri pasangan yang lebih sepuh dari mereka, suhardi dan dahlia. Langkah firman-linda yang tergesa-gesa membuat yuda yang penasaran mengikutinya dari belakang.

"Eh, mas suhar...", sapa, salam firman dan linda sambil bergantian menyalami.

"Eh ada firman dan linda.. Nyampe jam berapa kalian di sini?", tanya suhardi berdiri di sebelah sang istri.

"Tadi sore mas, sekalian aja habis nganter linda langsung ke sini", senyum firman dan linda.

"Oh...yaudah, ayo kalau mau istirahat lagi silahkan, aku mau mandi dulu nih", ucap suhardi berjalan pelan didampingi istrinya.

"oh iya mas...marii", firman dan linda meninggalkan pasangan suhardi dan dahlia.

Ketika firman dan linda berjalan kembali ke kamar mereka, suhardi kumisnya naik turun. Matanya yang tadinya fokus mengamati sang istri di samping tampak melototi bokong linda yang melenggak lenggok ketika berjalan. Tiba-tiba hawa yang dirasakan suami dahlia tersebut ialah kegerahan. Ia ingin lekas mandi sembari melupakan apa yang baru saja dilihatnya. Naluri lelaki itu perlahan bangkit, sepertinya ia harus bercinta dengan istrinya malam ini.

Sementara yuda agak kebingungan dengan sorot tajam mata bapaknya yang tertuju pada om firman dan tante linda. Hatinya bertanya-tanya apakah gerangan yang sedang dipikirkan bapaknya tersebut. Ia jadi berpikiran negatif.

###​

Malam makin larut. Situasi semakin sunyi. Jangan harap ada suara jangkrik di kota ini. Kalaupun ada, sudah sangat langka. Yang ada hanyalah suara angin yang bertiup kencang. Kalaupun ada yang berhalusinasi, kan mendengar suara-suara menakutkan di telinga mereka. Hanya saja, larutnya malam serta suasana sejuk pasca hujan kadang-kadang menghantarkan kebanyakan orang pada tidur yang lelap. Namun berbeda halnya dengan, pasangan firman dan linda yang sedang tidur bersebelahan dalam satu ranjang . Entah mengapa keduanya terbangun di tengah gelapnya malam yang gulita ini. Dari raut muka linda seperti ada yang mengganjal di hati dan pikiran. Sementara di raut muka firman, hanya ada wajah lelah di sana. Faktanya memang linda yang terbangun lebih dahulu. Lalu ia sontak tak ragu untuk membangunkan suaminya seraya menemaninya melek. Linda sedang tak bisa tidur. Insomnia mendadak. Banyak pikiran. Banyak beban. Namun mengapa sang suami yang seharusnya mencari nafkah untuknya begitu mudah tidur, terasa tidak terbebani pikirannya dan juga persoalan yang mengendap di hati.

"Mas, bangun mas...", ucap linda yang mengenakan daster menyentuh pundak sang suami.

"Apa sih lin, ini kan masih malem.. kamu gak ngantuk apa? Inget besok kamu kan kerja.. lagipula aku ngantuk banget nih", balas firman dengan mata yang sayu masih memgantuk berat.

"Hhmmm.. aku mau curhatt nih mass...".

"Yaudah, curhat aja. Aku dengerin kok", ucap firman pelan.

"Mas, kita sampai kapan numpang di rumah mba linda nih? Gak enak kalo lama-lama juga...", gerutu linda

"Aduhh baru nginep semalem, kamu mikirnya udah ke situ aja... gak usah terlalu dipikirin sayang.. kakakku itu baik kok orangnya...".

"Iya mas aku tahu.. tapi kan kita gak mungkin berlama-lama terus di sini...".

"Kamu gak usah terlalu mikirin itu sayang... itu biar aku aja yang mikir, suamimu", ucap firman dalam kantuk beratnya coba menenangkan 

"Hhhmmmm... eh iya mas, tadi di kantor aku ketemu ibu indri sama cucunya... Lucu deh mas cucunya yang namanya dimas itu...", senyum sendiri linda

"Ohh.. terus?".

"Yaudah deh... aku temenin main cucunya bu indri.."

"hhhmmm.."

"Mas... kapan yaa kita punya anak. Udah cukup lama juga nih mas. Aku kepengen banget nimang seorang anak...", curhat mendalam linda.

"Mass...kamu denger aku ngomong kan?", lanjut linda.

"Iyyaaa sayanng...".

"Terus gimana dong mas, aku dah kepengen banget punya anak nih...hhmmm", ucap linda menunggu jawaban sang suami.

"Mas...mas... kok kamu diem sihh... ah kamu mahh malah tidur, gak dengerin aku", kesal linda melihat sang suami tertidur.

Linda kesal berat dengan suaminya yang tak menggubris di saat ia butuh teman untuk bercurah hati. Kalau bukan kepadanya, siapa lagi. Tahu begitu, ia ngambek, sepertinya bakal sulit untuk dimaafkan. Linda yang tahu suaminya sudah tertidur lelap, tidak punya pilihan, kecuali untuk menyusul tidur juga. Matanya sulit untuk teperjam, meski begitu coba ia paksakan. Pikirannya masih sedikit ada ganjalan. Namun, ia mencoba untuk melupakan dan membuangnya jauh-jauh dari ingatannya. Alhasil, barulah linda dapat tidur kembali.

###​

Hujan deras turun membasahi pagi yang sudah sejuk ini. Tak pelak suasana pagi ini pun menjadi tambah dingin saj. Ini hari sibuk. Jadi, tak mungkin libur saat rintik hujan turun. Harus tetap beraktivitas harus tetap semangat. Meski, jiwa yang semangat ini tiba-tiba harus runtuh melihat jalanan becek dan semraut dengan kendaraan yang mengantre seperti di kasir swalayan. Tapi, berbanggalah sedikit bagi yang tak bekerja, lelap tidur dilanjutkan, menikmati anugerah Tuhan yang turun dari langit.

"Hoaaheeemmmm.... dingin banget nih udara...", ucap firman melek terbangun dari tidurnya.

Nyenyak sekali tidur firman semalam walaupun sempat dibangunkan oleh linda tengah malamnya. Ia yang berstatus pengangguran tersebut tampaknya kelelahan akibat kemarin. Datang dan jemput linda ketika hujan deras turun. Belum lagi, ia harus mengambil barang-barang yang ada di rumah kontrakkannya yang mana ia tak bisa lanjut dan bayar. Mata lelaki itu sedang sedikit meram walau sebenarnya ia sudah bangun. Tubuhnya terasa berat ia gerakkan, padahal sebenarnya sedang malas dan merasakan enaknya tidur di kala hujan turun. Tak lama tangannya mengucek-ngucek mata yang berbelek tersebut. Ia sadar akan sesuatu.

"Aduh, iyaa, harus nganter linda... linda? linda? dimana kamu sayang?".

Firman terkejut di tengah hujan lebat di luar sana dan menerima kenyataan bahwa sang istri tidak ada di dekatnya ketika melihat ke seluruh isi kamar. Ia sontak langsung beranjak dari kasur tempat biasa yuda tertidur. Tanpa ambil pusing lagi ia lekas keluar kamar, berharap barangkali sang istri berada di sana. Sesampainya di luar sekilas ia lihat hanya yuda dan keluarganya yang sedang sarapan di pagi hari. Ia coba hampiri dan tanyakan kepada mereka itu. Namun, ketiganya mengaku tidak tahu menahu. Alhasil, firman benar-benar bingung jadinya entah kemana sang istri tak berpamitan, apalagi di luar hujan sedang turun dengan derasnya. Dia menduga sang istri pergi ke kantor seorang diri. Masalahnya, Ia lihat tas yang biasa sang istri bawa untuk ngantor tidak ada di dalam kamar. Di lain hal, ia berpikir mengapa istrinya pergi tak berpamitan. Mengapa pula linda tak menyuruhnya mengantarkan. Ada apakah dengan linda, wanita yang paling dicintai dan disayangi firman. Lelaki itu menggigit bibirnya. Pikirannya melayang-layang mencoba menerka-nerka. Cemaslah firman dibuatnya.

"Lagi ngambek kali dia sama kamu, man. Makanya perginya gak ngomong-ngomong", sahut sang kakak, Dahlia.

"Aduh, pasti gara-gara semalam!", ucap firman teringat sesuatu sambil menampar telapak tangan kanannya ke arah dahi

1 komentar:

  1. Adakah sambungannya? klo ada plis di post juga dong... terima kasih

    BalasHapus