Minggu, 19 Maret 2017

Astaga, Bapak ! part 1

"Yud! buruan mandinya. Itu bapakmu sudah nunggu kamu daritadi di meja makan, yud!", teriak ibu di dapur sambil menyiapkan sarapan.

"Iya bu, sebentar. Aku masih belum selesai mandinya nih bu", sahutku.

"Yasudah cepet, yud. Jangan lama-lama. kamu mau pagi-pagi begini bapakmu udah marah-marah", ibu menakut-nakutiku.

"Enggak bu, enggak", balasku.

Mendengar ucapan ibu, aku yang terhenti mandi sejenak lekas kembali mengguyurkan air dari bak ke rambut hingga seluruh tubuhku sampai sebasah mungkin. Buru-burulah setelah itu aku menyabuni seluruh tubuhku, dari kakiku hingga leherku secepatnya, sampai-sampai bagian belakang tubuh kusabuni seadanya. Kemudian kembali aku guyurkan air bersih ke rambut hingga seluruh tubuh,"brruusshhhhh". Kini, dingin dan segarnya mandi pagi sedang tidak bisa kunikmati karena di luar sana bapak sedang menunggu. Aku yang seharusnya bisa tenang menikmati mandiku sekarang diliputi rasa khawatir yang luar biasa jadinya. Aku merasa diwanti-wanti sama bapak. Aku paranoid kalau bapak yang semalam mematikan dan membereskan laptopku yang menyala. Terlebih, ada pertanyaan mendadak yang ingin bapak ajukan kepadaku pagi ini. Sepintas firasat negatifku berkata bahwa bapak akan bertanya,

"Kamu semalaman nonton film porno ya, yud?! Bukannya belajar?!" 

Aduh, aku harus jawab apa kalau benar pertanyaan itu yang akan keluar dari mulutnya. Apalagi kalau sampai ibu tahu, bakal sangat malu diriku ini. Tergesa-gesa aku menghandukki rambut hingga seluruh tubuh yang basah tadi hingga kering. Sekarang aku sedang berlomba dengan waktu. Jangan sampai membuat bapak tak sabaran lantas ia naik pitam. Setelah tubuhku kering, handuk itu kupakai menutupi bagian perut ke bawah. Begitu terburu-burunya diriku ini hingga pakaian kotor yang tersangkut di belakang pintu kamar mandi, aku tinggal begitu saja, bukannya menaruh di ember tempat cucian kotor. Langkah seribu pun aku ambil dari kamar mandi menuju bapak yang sedang duduk menunggu. Ibu yang masih sibuk mempersiapkan sarapan di dapur sempat terkejut dengan langkahku yang secepat kilat. 

"huuuussshhhh".

Dengan handuk yang menutupi tubuh telanjangku, ku lihat bapak sedang duduk di kursi ruang makan sembari berjalan menghampirinya. Ternyata, selain menunggu aku, ia juga sedang menunggu sarapan yang akan ibu hidangkan. Kulihat lebatnya kumis bapak yang aku selalu heran pernah dicukur atau tidak. Makin gugup saja aku menanti apa yang hendak bapak tanyakan kepadaku. Untungnya saja televisi dan tayangan berita mengalihkan pandangan bapak kepadaku yang sedang berjalan pelan menghampiri. Hingga barulah bapak 'ngeh' setelah aku sudah berada di dekatnya.

"Sana, kamu pakai dulu seragam sekolahmu, yud", perintah bapak menatap wajahku yang sedikit pucat.

Tanpa berkomentar, aku menuruti perintah bapak. aku langsung berjalan ke arah kamarku. Ucapan bapak barusan yang menggantung membuat diriku tambah penasaran apa yang sebenarnya bapak ingin tanyakan. Aku menggaruk kepala, pertanda benar diriku diliputi rasa penasaran. Di kamar yang tak berdaun pintu, kubuka lemari pakaian. Tangan kananku masuk ke sana untuk mengambil celana dan kaos dalam yang terlipat rapi. Setelah itu, sedikit bergeser, tanganku mengambil seragam putih-abu abu SMA yang terlipat tak kalah rapinya juga.

"Aduh, bapak mau tanya apaan sih?", tanyaku dalam hati sambil hendak memakai pakaian.

###​

[​IMG]
Linda (Tantenya Yuda)

[​IMG]
Firman (Pamannya Yuda)

Pada saat yang bersamaan Firman, paman yuda, adik kandung laki-laki dari ibunya yuda, sedang memanaskan mesin motor skutiknya di sebuah rumah kontrakan yang ia tempati di bilangan Jakarta Utara

"Breeeemmmm... breemmmm... bremmmm", bunyi nyaring motor yang terus digeber.

Laki-laki berumur 35 tahun yang sedang memakai kaos berkerah berwarna hitam itu tampak sedang menunggu istrinya, Linda, yang akan berangkat ke kantor pagi ini. Linda yang sedang mengenakan blazer itu ialah seorang wanita berumur 33 tahun. Ia bekerja di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri farmasi. Sementara firman, ia baru saja mengakhiri masa kontraknya di sebuah perusahaan jasa penyedia alat-alat berat. Sekarang firman lebih disibukkan menjadi tukang jemput-antar istrinya selagi mencari ide untuk berwirausaha. Usia rumah tangga Firman-Linda sudah memasuki tahun ke-6. Lika-liku kehidupan sudah mereka jalani. Di lain hal, suami-istri ini belum jua dikaruniai seorang anak karena 5 tahun yang lalu Linda divonis dokter mengalami kelainan sel telur. Firman yang tahu hal tersebut tidak berputus asa. Dia terus berusaha keras dan berdoa supaya linda lekas Hamil. Linda sendiri ketika pertama kali mendengar vonis dokter cukup terkejut. Ia hampir depresi. Beruntung wanita itu mempunyai suami yang sabar dan selalu menyemangati dirinya.

"Mas, nanti jemputnya seperti biasa yaa", pesan linda kepada sang suami yang akan mengantarnya ke kantor.

"Oke, sayang", balas firman sambil tersenyum menatap wajah manis istrinya.

Yang melihat postur tubuh pasangan ini ketika mereka berjalan bersama pasti akan merasa aneh karena Linda memiliki tinggi badan melebihi suaminya. Selain itu, tubuh gempal linda sangat berbeda jauh dengan firman yang terlihat kurus. Tidak heran, karena itu, firman semasa berpacaran, bahkan pasca menikah, berusaha keras meninggikan dan menggemukkan badannya. Beragam cara telah ia lakukan, dari olah raga renang hingga meminum obat peninggi badan dan susu penggemuk badan. Namun, tak juga membuahkan hasil. Meski begitu, linda menyampaikan bahwa ia sejatinya mencintai firman bukan karena fisiknya. Firman yang mendengar hal tersebut sungguh terhibur. Beruntung lelaki itu punya wajah ganteng sehingga hal itulah yang sebenarnya menjadi salah satu alasan linda menyukai firman.

"Yuk, mas, kita berangkat sekarang", ajak linda

"Enggak ada yang ketinggalan kan?", tanya firman sambil mengenakan jaket dan memakai helm.

"Enggak ada kok mas", jawab linda dengan muka meyakinkan.

"Oke, yaudah yuk kita berangkat. Nih helm kamu".

Firman lantas menaiki motor terlebihi dahulu. Lalu Ia ambil posisi siap sedia dengan memancang kedua telapak kakinya kuat-kuat ke tanah karena bobot tubuh istrinya cukup berat untuk diboncengi. Linda menunggu kode naik dari sang suami. Karena kalau tidak, ia akan mengulangi saat dimana sang suami belum siap, ia langsung menaiki motor. Alhasil, firman yang tubuhnya kecil terjatuh bersamaan dengsn sang istri. 

"Oke, ayo naik", pinta firman yang kedua tangannya memegang erat stang motor.

"iya mass...hopp".

Linda yang memakai celana panjang berwarna hitam itu langsung menaiki motor yang diboncengi firman. Mau tak mau bokong besar wanita itu lantas bertubrukan dengan jok motor, "pllaaakk". Ia betulkan sejenak posisi duduknya yang tidak menyamping sambil bergeser-geser maju-mundur. Setelah pas, kedua tangan linda lekas memeluk erat pinggang suaminya. Ia dekapkan tubuh bagian depannya dengan punggung firman yang hangat karena memakai jaket. Sementara firman. Tebalnya jaket tak menghalangi ia untuk merasakan hangatnya pelukan linda. Dua buah payudara linda yang berukuran 34 d yang kenyal dan kencang pun bisa ia rasakan bersentuhan dengan punggungnya. Bersyukur sekali firman memiliki istri dengan fisik seperti itu.

"Mas, ayo dong jalan! Kalau enggak aku bisa terlambat nih". kesal linda.

"Eh, iya. maaf sayang", jawab firman yang sempat-sempatnya melamun.

###​

Di tengah perjalanan, firman dan linda terlibat pembicaraan. Macetnya ibukota dan perjalanan mereka membuat firman dan linda mengusir penat dengan mengobrol di atas motor. Pandangan firman tetap fokus mengemudi, sedangkan mulutnya berkata-kata. Linda yang kepalanya bersandar pada bahu firman tak henti-hentinya bertanya kepada sang suami, dari persoalan jalan yang mereka lalui hingga persoalan yang sedang dihadapi rumah tangga keduanya.

"Mas, uang buat bayar kontrakkan udah ada, belum? Soalnya Ibu Yeti udah nanyain terus tuh. Malah, kita nunggak 2 bulan lagi mas", curhat linda.

"Ini aku lagi berusaha mencari sayang...".

"Iya mas. Aku tahu. Tapi, masalahnya ibu yeti kan kasih waktu buat kita paling lambat akhir pekan besok", ucap linda dengan raut muka cemas.

"Kalau sampai kita gak bisa bayar gimana nih mas? Kita bakalan diusir nih", lanjut linda dengan muka cemas dan makin erat pelukannya kepada firman.

Firman terdiam pusing usai mendengar curahan hati sang istri karena memang ia tak punya jawaban dan uangnya. Pusingnya makin bertambah setelah melihat kondisi jalan dan kendaraan yang semakin semrawut. Entah dimana ia mencari solusi, yang wujudnya uang itu. Satu-satunya yang dimiliki firman sekarang ialah seorang kakak perempuan. 

"Huuhh...", firman menghembuskan nafas seraya meringankan beban yang sedang dipikulnya.

###​

Aduh, kirain bapak mau bertanya apa. Ternyata, dia menanyakan kapan aku akan ujian dan bagaimana persiapanku. Sialan, padahal, jantungku sudah berdegup kencang sembari bersiap kena semprot bapak, karena ku kira bapak tahu aku nonton video porno semalam. Tiba-tiba bapak dan ibu menatapku secara bersamaan pada momen sarapan pagi ini. Aku sontak kaget. 

"Pertanyaan bapak kok belum dijawab, yud. Eh, Kamunya malah ngelamun pagi-pagi begini".

"Maaf pak". jawabku menunduk.

"Iya nih, gimana sih kamu, yud", timpal ibu tersenyum melihatku yang gugup di depan bapak sendiri.

"Oh ya, itu pakaian kamu yang di kamar mandi, kamu taruh di ember dong, yuda", lanjut ibu mengingatkanku.

"Iya bu, nanti, habis sarapan aja".

"Kamu ini. orang tua nyuruh malah nanti, nanti, sekarang!", perintah bapak.

Kalau sudah bapak yang memberi instruksi, sudah pasti tak mungkin aku membantahnya. Lekas beranjak dari kursi makan aku yang sudah mengenakan seragam sekolah ini berjalan menuju kamar mandi. Hanya saja bagiku perintah bapak tadi tidak begitu berarti karena yang terpenting paranoidku sekarang tidak terbukti benar. Aku jadi bingung sekarang. Sembari melangkah masuk ke kamar mandi, pikirku kini ialah siapakah sesungguhnya yang membereskan laptopku yang masih menyala semalam. Bapak? Ibu? Hmm... Baru aku ingin mengira-ngira selagi tanganku mengambil pakaian yang tergantung di belakang pintu kamar mandi. Aku melihat ada yang aneh dengan tempat gantungan pakaian kamar mandiku. Aku periksa dan pegang sejenak. Kok kayak ada kamera gitu ya di dalamnya? 

"Yuda! ayo sarapan dulu sayang!", teriak ibu memanggil namaku.

"Iya bu, sebentar".

Karena ibu sudah terlanjur memanggil, aku berhenti memeriksa tempat gantungan pakaian yang misterius tersebut. Aku berencana memeriksanya lagi sepulang sekolah. Sambil menenteng pakaian kotor milikku, aku berjalan keluar kamar mandi. Kulihat tidak jauh di sana ember, tempat menaruh pakaian kotor yang berfungsi menampung sementara semua pakaian kotor milikku yang akan kucuci pada akhir pekan saat libur. Sesudahnya, aku bergegas kembali untuk sarapan bersama bapak dan ibu sebelum berangkat sekolah. Pikiranku yang tadinya terfokus pada siapa yang mematikan laptopku semalam, kini terusik pada gantungan pakaian yang ada di belakang pintu kamar mandi.

###​

"Bu, pak, yuda berangkat dulu ya", ucapku menyalami tangan halus ibu dan tangan kasar bapak.

"Belajar yang bener kamu di sekolah", pesan bapak.

"Iya pak".

"Sabar, sabar ya, yud, kamu menghadapi bapakmu", senyum manis ibu menoleh kepada bapak.


"Yaudah, bu, pak, yuda berangkat".

"Hati-hati di jalan, yuda!", teriak bapak melihat aku melengos pergi.

Aku berangkat ke sekolah lebih dulu ketimbang bapak yang pergi bekerja. Wajar saja, aku jalan kaki, plus naik angkutan umum. Sedangkan, bapak naik motor. Bukannya tidak mau bareng sama bapak. Aku hanya khawatir kalau bapak nanti kerepotan. Jalan ke kantor bapak dan ke arah sekolahku berlawanan arah. Meski bapak kerap keras dan memarahiku, aku sayang padanya. Aku juga tahu ia begitu karena ia sayang padaku sebagai anaknya.

###​

Di depan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri farmasi, terlihat lalu lalang karyawannya yang baru berdatangan. Ada yang mengenakan jasa bus antar-jemput kantor. Ada yang berjalan kaki naik angkutan umum. Ada pula yang menaikki motor, entah sendirian, diboncengi, atau menggunakan jasa ojek. Dari sekian banyak karyawan, ada sepasang suami istri yang lagi berbicara satu sama lain. 

Linda tampak membetulkan pakaiannya usai turun dari motor yang dikemudikan suaminya, firman. Rambut panjang hitam yang terurai seperti biasanya, kini linda kuncir dengan penjepit rambut. Wajah ayunya membuat sang suami tak pernah bosan untuk mengantar jemput. 

"Mas, jadinya kamu hari ini mau main ke tempat mba lia?", tanya linda

"Iya nih. aku gak enak karena udah jarang main ke rumah kakakku itu".

"Oh yaudah. Tapi, jangan sampai telat jemput akunya ya mas", ucap linda menyalami suaminya.

"Iya sayangku, cintaku", balas firman. 

Tak lama, linda meninggalkan suaminya seorang diri. Sementara Firman masih belum beranjak meninggalkan kantor sang istri. Ia ingin memastikan istrinya berjalan hingga masuk pintu kantor. Usut punya usut, firman merupakan pria pencemburu. Awal pasca menikah dengan linda, ia tak sudi linda banyak mengobrol dengan laki-laki. Tidak heran laki-laki itu pada awalnya sangat posesif dengan linda. Kemana-kemana linda ia awasi dan pantau. Namun, lambat laun hal itu kian melunak.

Namun, ternyata, tak cuma firman yang sedang mengamati Linda.

Bersambung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar