Selasa, 24 Januari 2017

Binalnya Istriku - Disha part 7

Update - Menggunting dalam Lipatan Pt. 1

sudah di update, semoga berkenan dihati agan-agan

[​IMG] 

Aku memacu cepat kendaraanku sambil mengingat-ingat jalan yang tadi kulewati, hingga akhirnya kulihat sebuah apartemen didekat jembatan yang menandakan aku sudah berada dijalur yang benar, kuparkirkan mobilku dan kuajak pardi turun. Kami segera mencari meja yang kosong, karena tempat nya cukup ramai sore ini. Pakaianku yang sedikit terbuka ini kembali mengundang pandangan lapar pria hidung belang didalam rumah makan ini. Pardi ku minta buat pesan makanan terlebih dulu sementara aku mencari toilet perempuan. Bergegas aku meraih smartphone dalam tasku begitu aku memasuki toilet, dan segera ku hubungi suamiku, 'tuut.. tuuut tuuutt...' terdengar nada sambung karena suamiku tidak segera mengangkat ponselnya, aku mulai sedikit panic. Namun tak lama kemudian terdengar suara dijawabnya panggilanku tadi.
"halo mas, anak-anak kita sudah dijemput?" tanyaku panik dan gugup
"iya sudah dik, kamu dari mana saja kok lupa belum jemput?ini tadi aku sampai rumah kok kamu belum datang sama anak-anak"
"syukurlah maass, ini aku masih ditempat supliyer soalnya" aku berbohong pada suamiku
"pulang jam berapa dik nanti?" 
"sebentar lagi kok mas, oia mas makan saja dulu dengan anak-anak ya, sudah adik siapkan tadi dimeja makan"
"ya sudah hati-hati dijalan dik,"
"iyaa mas, bye... love you" kuucapkan tanda cinta karena aku merasa bersalah pada suamiku
"iyaa love you too istriku"
'huuffft' syukurlah mas fais tidak marah dan curiga dengan kepergianku siang tadi. Lega aku mendengar suaranya barusan, sekarang tinggal mencri alas an supaya si pardi bias tinggal dirumah kami sementara waktu ini, tapi apa ya?aku berpikir sambil berdiri didepan wastafel, kulihat dari cermin didepanku wajahku sedikit letih. Namun saat aku tengah tenggelam dalam pikiranku, tiba-tiba saja ada yang merengkuh pinggangku dan memeluknya.
"mmm mass pardi ngapain kok disini?ini kan toilet perempuan mas!"
"duuh cantiknya kalau marah begini kamu mbak"
"mas pardi keluar, nanti dilihat orang mas masuk toilet perempuan!"
Namun bukannya pardi keluar, jutru tangannya yang tadi memelukku mulai menyusup kedalam dressku melalu bagian bawah dan langsung meremasi payudaraku, sementara dia mencumbui leherku denga lembut dan kembali membangkitkan gairahku. Rambutku yang telah kuikat mempermudahnya mencumbuiku,
"mikirin apa sih kamu mbak, kayak orang linglung gitu, coba lihat itu gambarnya apa" sahut pardi kemudian sambil menunjukkan padaku gambar siluet laki-laki da nada tulisan 'gent' yang tertempel dipintu toilet.
Ya ampun, ternyata saking panic nya aku tadi sampai salah masuk toilet. Dan terlebih lagi toilet tadi dalam keadaan kosong sehingga aku tetap masuk dan menganggap jika ini adalah toilet wanita.
"utung aja aku yang masuk mbak, coba kalau yang masuk bapak-bapak yang lagi makan itu, bias digarap kamu ditoilet ini mbak, hahaha" 
"ehh enak saja, memangnya aku wanita murahan apa bias menggauliku seenaknya"
"ya sapa tau mbak malah pasrah, ya kan kayak di lapangan dulu, mbak malah seneng waktu aku gesek-gesekin kontolku ini kebelahan pantat montokmu ini" pardi kemudian meremas bongkahan pantatku.
"mmm" aku terdiam tidak bisa membantah kata-katanya
"sudah ah, aku mau makan dulu aja" lanjutku kemudian sambil berusaha melepaskan tubuhku dari dekapannya. 
"iyaa iyaa, itu tadi juga makanannya baru dating, tunggu ya" 
Tanpa menjawab perkataan pardi, aku langsung saja meninggalkannya dan kembali kemeja yang kami pesan tadi, Aku duduk dengan santai menikmati setiap pandangan pria yang mencuri pandang pada tubuh indahku ini. Aku sandarkan punggungku yang sedikit letih setelah persetubuhan sore ini, ku lipat kedua tanganku tepat dibawah gundukan payudaraku yang membuatnya semakin menonjol. Beberapa pria memberikan senyuman kepadaku dan itu membuatku tersipu. Pardi ini kemana kok lama banget sih dikamar mandi, kayak cewek aja. Akhirnya aku makan dulu makanan yang telah terhidang dari tadi dimeja kami. Aku makan dengan lahap, karena perutku bener-benar lapar, persetubuhan ku tadi cukup menguras tenagaku, lemas banget rasanya. Setelah hampir habis makanan dipiringku, kulihat pardi keluar dari arah kamar mandi. 
"wah mbak kok aku ditinggal makannya"
"Salah sendiri kamu lama tadi dikamar mandi, mbak kan lapar"
"maaf maaf tadi masih ada yang kukerjakan mbak"
"kamu ngapain aja dikamar mandi kok lama?"
"ada deh , mbak mau tau saja, oia makasih yah sudah bersedia berpenampilan 'cantik' sore ini"
"iyaa iyaaa, apa sih yang ndak buat kamu mas, sudah ayo segera makan, keburu dingin"
Baru kali ini aku bepenampilan seberani ini, sebelumnya aku belum pernah keluar rumah dengan pakaian terbuka seperti yang kupakai saat ini. Tak heran banyak pasang mata yang memandangiku seolah tengah menelanjangi tubuhku. Aku cukup senang dengan respon pardi barusan, dia terlihat menghargai apa yang kulakukan untuknya. Sepertinya dia juga sangat lapar, karena dia makan makanannya dengan lahap dan cepat. Mungkin mitos jika orang yang makannya lahap itu ganas diranjang cukup benar, jika melihat pardi begitu menggebu-gebu saat menggauliku.
"pelan-pelan aja makannya mas, santai aja"
"mmmm iya, habisnya makanan ini enak mbak"
Aku tersenyum mendengar jawaban pardi barusan, terlihat sisi kekanak-kanakan dalam dirinya. Aku sudah menyelesaikan makananku, ku silangkan garpu dan sendok yang kupakai dalam posisi tertutup diatas piring. 
"aku ke wastafel dulu mas, mau benerin lipbalm dulu"
Aku segera beranjak ke wastafel yang berada disisi seberang meja kami, aku berjalan melewati beberapa pria yang dari tadi memandangiku. Aku lantas berpikir untuk memberi mereka sedikit pemandangan indah. Setelah sampai di wastafel, aku segera mencuci tanganku, aku tersenyum-senyum genit saat bercermin seolah menggoda seseorang. Aku mundur sedikit dan kemudian kubungkukkan badanku, tangan kiriku berpegangan dipinggir wastafel, sementara tangan kananku memoles bibirku dengan lipbalm. Aku melihat dari cermin didepanku, beberapa pria mencuri pandang kearah paha dan pantatku yang memang sengaja aku pamerkan. Tubuhku mulai mengahangat seiring pemainan kecil yang kulakukan. Entah sejak persetubuhan pertamaku dengan mas teguh dulu, kini aku sering terbesit pikiran nakal untuk memamerkan tubuh indahku ini. Kurasa sudah cukup aku menggoda mereka, saatnya mengakhiri lamunan jorok mereka, hiiiii.
Aku kembali berjalan kearah meja kami tadi, kuberikan senyuman manis pada setiap pria yang memandangku dan mereka balik tersenyum dan bahkan ada yang dengan berani mengerlingkan matanya kepadaku.
"sudah selesei mas?mau nambah lagi?" sahutku ketika sampai di meja
"sudah kenyang mbak, ayo kita cabut"
"ya sudah tunggu saja dimobil, aku bayar ke kasir dulu"
Setelah pardi pergi, aku menuju kasir untuk membayar makanan yang sudah kami pesan tadi supaya bisa segera menyusul pardi di mobil. 

POV Fais 
... "iyaa mas, bye... love you" istriku memberikan ucapan sayang sebelum mengakhiri pembicaraan
"iyaa love you too istriku" sahutku enteng karena aku sebenarnya muak dengan penghianatannya padaku
Tak lama kemudian terdengar nada telepon terputus dari seberang, kulihat anak-anakku yang tengah terlelap. Kupandangi wajah lugu mereka ketika tidur, sempat terbesit dipikiranku untuk bercerai saja dari istriku, namun wajah yang tengah tertidur itulah yang membulatkan tekadku untuk bertahan dan menjaga keutuhan rumah tangga yang kubangun bersama disha istriku.
Perlahan kututup pintu kamar tidur anakku agar tidak membangunkan tidur mereka, meski hari masih cukup sore, mereka sudah ketiduran karena capek bermain. Sementara aku menyeduh kopi didapur, aku duduk di kursi meja makan tempat dimana istriku disetubuhi oleh tukang sayur siang tadi. Kuteguk kopi yang tadi kubuat, dan kembali bayangan persetubuhan tukang sayur dengan istriku berputar dipikiranku.bagaimana ketika tukang sayur itu mendekap istriku, mencumbuinya, menggesek-gesekkan batang penisnya dibelahan pantat istriku, diremasinya payudara besar istriku dan justru istriku menikmati setiap rangsangan yang diberikan tukang sayur kepadanya. Bahkan istrikupun membalas ciuman ketika tukang sayur itu memagut bibirnya, ciuman yang erotis yang penuh dengan nafsu. Hingga akhirnya dia mendesah-desah menahan nikmat ketika liang senggamanya disetubuhi tukang sayur itu dan membuatnya orgasme beberapa kali.
Terbayang bagaimana nikmat yang didapat istriku ketika disetubuhi oleh tukang sayur itu, wajah disha menunjukkan kepuasan yang sangat alami, tidak dibuat-buat seperti ketika kami berhubungan badan. Aku kembali menerawang jauh kebelakang ketika dengan bodohnya aku menuruti nafsuku ingin membiarkan istriku sendirian disungai sore itu, hingga akhirnya dia bertemu dengan mas teguh yang menggugah birahinya. Istriku yang kukenal pemalu dan pendiam seperti berubah 180 derajat setelah kejadian sore itu.mungkin ini semua adalah kesalahanku, aku yang melemparkan kail berisi umpan, namun ketika umpanku dimakan dan terkait pada kail aku malah bingung. Istriku justru akhirnya kecanduan batang penis yang besar dan panjang, dan sulit mendapatkan kepuasan lagi dariku. Juga ketika aku membiarkannya pergi dengan keponakanku untuk melihat pesta rakyat dulu, seharusnya aku menemani dia supaya tidak terjadi apa-apa dengannya, namun keenggananku saat itu justru membuat istriku semakin berani mempertontonkan keindahan tubuhnya, tentu dengan penampilannya malam itu pasti akan memncing birahi pria manapun yang memandangnya, apalagi wajah istriku yang memang sedikit menggoda itu. Dengan penampilan terbuka orang akan beranggapan istriku memang jablay. Dan saat itu pardi lah yang beruntung, yang kala itu berada dibelakang istriku. Dia akhirnya memberanikan diri menggesek-gesekkan batang penisnya dibelahan pantat istriku ketika berdiri melihat pertunjukan rakyat. Dan bodohnya lagi aku justru membiarkannya, istriku bahkan menggenggam erat pahaku ketika pardi berusaha memasukkan batang penisnya di liang senggama istriku.
"tttiinn tiiinnnn"
Lamunanku buyar seketika saat klakson mobil istriku berbunyi didepan rumah, istriku rupanya sudah sampai. Kulihat mobilnya perlahan memasuki halaman rumah kami dan berbelok kearah garasi. Didalam mobil gelap sehingga aku tidak bisa melihat apakah pardi masih bersamanya atau tidak.

Ting tong...ting tong...
Tak lama kemudian Fais mendengar bel dirumahnya berbunyi, dia bergegas kedepan membukakan pintu karena tadi dia lupa mencabut kunci yang ada dipintu masuk.
"mas maaf adik terlambat pulangnya" serbu Disha saat masuk rumah, tak lupa dia merapikan diri sebelumnya dan mengenakan cardigan yang disimpannya didalam mobil
"iya dik gak apa-apa, oia dik itu siapa?" Tanya Fais pura-pura tidak tahu karena Pardi kebetulan ada dibelakang Disha
"oia mas, ini aku ketemu mas Pardi, anaknya bu sulasmi yang rumahnya dekat pos ronda itu mas"
"lho kok bisa kebetulan bareng dik?" Fais pura-pura heran
"kebetulan dulu pas pulang nonton pertunjukan rakyat itu adik pulangnya diantar mas Pardi mas, dan ini tadi kebetulan sekali lha kok adik lihat dia di stasiun lagi cari angkutan umum, jadi adik ajak sekalian karena sepertinya dia kebingungan" jelas Disha 
"ayo mas Pardi silahkan masuk" sambut Fais ramah
"iii ya mas Fais" Pardi dengan canggung memasuki ruang tamu
"dik, segera ganti baju, trus mas Pardi dibuatkan kopi dulu" sahut Fais
"beres mas, aku ganti baju dulu" Disha bergegas masuk kedalam rumah
"ayo duduk dulu mas Pardi"
"iii iya mas" Pardi mengambil tempat duduk agak diujung sofa
"oia mas gimana kabar di kampung? Masih belum turun hujan kah"
"di kampung baik-baik saja mas, memang kemarin saya pas berangkat sempat hujan sebentar, makanya baju saya jadi lusuh begini" Pardi memperlihatkan bajunya yang sedikit lusuh yang disebabkan persetubuhannya dengan Disha didalam mobil
"segera ganti baju mas biar tidak sakit, flu nanti" , "oia mas Pardi rencana nya mau kemana ?" Fais berpura-pura bertanya
"jadi awal mulanya saya ingin mencoba mengadu nasib mas, kebetulan kemarin mbak Disha cerita kalau di sini sedang banyak pembangunan infrastruktur pemerintah, yah siapa tau saya bisa bekerja jadi kuli atau apalah, maklum mas hanya tamatan SMA"
"jadi mas Pardi belum tau mau kemana ini nanti?"
"iya mas, saya tadi turun dari kereta bingung mau kemana, pikiran saya cari penginapan yang murah tapi sudah penuh, pas mau lanjut jalan mbak Disha melihat saya waktu dia keluar dari gerbang kantor"
Fais dapat menangkap maksud Disha dari percakapan nya dengan Pardi tadi, rupanya Disha ingin agar dia mau tidak mau dapat mengijinkan Pardi menginap dirumahnya.
"ya sudah mas Pardi tinggal saja dulu disini sementara waktu sambil mencari pekerjaan" Fais terpaksa tersenyum saat mengatakan hal tersebut
"bbeenar boleh mas?saya takut merepotkan nanti"
"tidak apa-apa mas, kita kan dari kampung yang sama, jadi sudah seperti saudara, harus saling membantu kan, anggap aja dirumah sendiri mas"
"Terima kasih banyak mas Fais, memang anak cucu eyang Brotodiharjo mewarisi sifat baik leluhurnya" sahut Pardi memuji buyut dari Fais yang merupakan mantan lurah sekaligus yang membuka lahan desa kelahiran mereka
"mas Pardi tidak usah terlalu memuji, kan memang sudah kewajiban untuk saling membantu, oia saya siapkan dulu kamar nya sebentar" 
"iya mas Fais"
Fais kemudian berdiri dan hendak berbalik untuk mempersiapkan kamar yang akan ditinggali Pardi, namun langkahnya tertahan karena dia tertegun melihat istrinya yang tengah membawa nampan, begitu pula dengan Pardi

[​IMG] 

"wahh maaf maaf saya lama didapur tadi" sahut Dishayang masih berdiri memegangi nampan disamping suaminya
"dik, kok pakai daster itu sih, kan ada tamu!" sergah Fais ketika melihat istrinya berpakaian sangat terbuka. Memang daster yang dipakai Disha sekarang benar-benar mempertunjukkan kemolekan tubuhnya, daster berbahan katun yang lembut, daster tanpa lengan dan dibagian pundak hanya ditopang oleh seutas kain, dimana bagian bawah panjangnya diatas lutut yang dihiasi renda-renda memperlihatkan kemulusan dan halusnya kulit pahanya, tentu saja karena itu daster yang bisaanya dipakai tidur, bagian atas dadanya sangat terbuka, sehingga payudara Disha yang besar dan montok itu seolah ingin memberontak keluar, apalagi tidak terlihat adanya tali BH dipundak Disha yang otomatis setiap gerakan Disha akan membuat payudara indahnya itu berguncang.
"iya mas, tadi buru-buru kan tadi mas sendiri yang nyuruh cepet" bisik Disha protes pada suaminya
"ya tapi kan kamu tau ada tamu dik" Fais masih kesal dengan jawaban istrinya
"sudah-sudah gaak enak mas dilihat tamu kita bertengkar begini" Disha mencoba menyudahi debatnya dengan suaminya
"wah maaf ya mas Pardi, istri saya ini tdak sopan, memang kalau mau tidur suka berpakaian seenaknya, sampai lupa kalau ada tamu dirumah" Fais berpura-pura untuk menyembunyikan kekesalannya
"hahaha...iya mas tidak apa-apa kok, lumayan malama-malam melihat keindahan bidadari" sahut Pardi dengan nada bercanda, Disha yang mendengar jawaban itu hanya tersenyum pelan.
Fais sebenarnya kurang suka dengan jawaban Pardi barusan, namun dipaksakannya dia untuk tersenyuam karena dia telah terjebak oleh perangkap istrinya itu.
"dik, minumnya kok tidak disuguhkan sih?", "mas mau menyiapkan kamar buat mas Pardi dulu" ujar Fais menutupi kekesalan hatinya.
"oia adik sampai lupa, mas bedcovernya ada dlemari belakanga, jangan lupa diambilkan ya supaya mas Pardi tidak kedinginan" sahut Disha ketika suaminya beranjak pergi.
Disha dengan sedikit membungkuk meletakkan nampan yang dibawanya di meje tamu, Disha sengaja melakukannya perlahan sehingga Pardi dapat melihat payudara Disha yang menggantung indah seperti hendak tumpah dari dasternya.
"berani bener mbak sama suaminya?bisik Pardi
"lha tadi dimobil siapa yang nantanin coba" balas Disha berbisik pelan
"hahaha ya aku kira tidak secepat ini sih mbak"
"yah dikasih enak malah mau nolak" sahut Disha berpura-pura kesal
"bukannya gak mau mbak, aku kaget aja dengan sandiwara mbak barusan ini"
"ya gimana lagi mas, kan aku biar ada alasan berpakaian terbuka dirumah meski ada mas disini, karena mas Pardi kan sudah pernah melihatku dengan baju terbuka didepan mas Fais, berarti lain kali itu akan menjadi bisaa dimata mas Fais, ya kan" Disha kemudian mengambil posisi duduk dikursi didepan Pardi
"pinter banget kamu mengelabuhi suamimu mbak" puji Pardi
"hiiiii, aku tadi deg-deg an lho mas, takut mas Fais marah, ternyata responnya jauh dari bayanganku"
"mbak, nanti malam 'lagi' yah?aku tegang ini" Pardi menunjukkan batang penisnya yang tengah ereksi dibalik celananya
"huss, sembarangan aja, nanti kalau ketahuan suamiku gimana mas? Belum berani aku" Disha berusaha menolak
"lah, kan aku pengen nginap disini juga biar bisa nggarap tubuhmu tiap Hari mbak, hehehe"
"tapi ya jangan sekarang lah, masak baru tiba trus istri tuan rumah kamu gauli sih mas? Disha mengerutkan keningnya
"kan gak ada salahnya mbak, kita sama-sama enak, apalagi katamu suamimu kalau tidur kayak kerbau, susah dibangunin"
"mmmm" Disha mencoba berpikir baik buruknya, sementara Pardi semakin serius memperhatikan payudaranya Disha.
"yah mbak, aku pengen banget nihaa" Pardi kemudian mengeluarkan batang penisnya tersebut
"eh mas, cepett cepett masukin lagi nanti diliat suamiku" Disha panik karena tiba-tiba Pardi mengeluarkan batang penisnya itu.
"gimana mbak??? Nanti malam yah?"
"iyaa iyaaa, tapi nunggu suamiku tidur dulu"
"nah gitu dong mbak, dikasih nikmat jangan ditolak, gak baik, hehehe" sahut Pardi cengengesan
Disha tidak punya pilihan lain selain menuruti kemauan Pardi, dia merasa sudah terlanjur 'basah' masuk dalam obsesi kebinalannya sendiri, dan membuatnya beberapa kali terlibat persetubuhan dengan laki-laki lain, dan akhirnya dia memutuskan menuntaskan 'mandi' dari kebasahannya tadi, dengan kata lain Disha memilih mengikuti nafsunya.
"anak-anakmu dimana mbak? Kok tidak kelihatan?" Tanya pardi
"sudah tidur dikamar itu, tadi begitu selesei makan langsung disuruh suamiku tidur" disha menunjuk sebuah kamar disebelah set home theater yang ada diruang tengah
"rumahmu bagus yah mbak, nyaman juga" pardi mengagumi rumah milik Fais dan disha, dimana perabotannya bagus-bagus, sofa yang didudukinya pun terasa sangat empuk begitu juga dengan sofa yang ada diruang tengah depan set home theater. Lampu gantung yang ada diatasnya pun juga turut diperhatikan oleh pardi begitu juga dengan ornament-ornamen pada gypsum diatasnya.
"mas Fais ini yang mendesain sendiri, begitu juga dengan perabotannya" sahut disha
"selera suamimu bagus juga mbak, pantas saja istrinya cantik" pardi memuji disha
"ah bisa aja kamu ma menggodanya" disha menyilangkan kakinya, sehingga kain daster itu semakin tertarik keatas.
'glek' pardi menelan ludah nya melihat kemulusan paha istri tetangganya dari kampong itu dan kebetulan cukup keras hingga didengar disha yang sedari tadi memperhatikan pardi
"walah mas itu kok sampai jakunnya naik turun, kan sudah beberapa kali lihat aku telanjang" goda disha
Meskipun pardi sudah beberapa kali menggauli disha, namun kemulusan paha disha tetap mampu membuat mata pardi silau tak berkedip didepan bidadari cantik itu
"beruntung banget suamimu bias melihat kemulusan pahamu itu mbak, apalagi bias menikmati keindahan tubuhmu tiap Hari"
"ya namanya suami istri mas, kan wajar karena itu haknya, makanya segera cari istri biar bias diliat tiap Hari, hiiii"
'CLEK' percakapan mereka terhenti ketika mendengar pintu yang ditutup dari arah belakang
"dik, itu kamarnya mas pardi sudah siap, ayo mas saya tunjukkan kamarnya dulu, sekalian ganti bajunya" sahut Fais pada istrinya sekalian mengajak pardi melihat kamar yang sudah disiapkannya
"bbbaiik mas" jawab pardi tergagap
"oia, minumnya saya bawa keruang tengah ya, sapa tau nanti mas pardi tidak capek dan mau melihat televisi" ujar disha mengangkat nampan yang gelasnya belum sempat disentuh pardi
"iya dik, taruh saja dimeja tengah" Fais mengarahkan istrinya
Fais berjalan didepan pardi yang mengikutinya dari belakanga, cukup luas rumah Fais, jika melihat perabotan rumah tangga yang cukup banyak itu masih menyisakan ruang yang luas. Fais menarik gagang pintu dan membukanya lebar-lebar.
"silahkan masuk mas pardi, bajunya bias ditaruh dilemari sana" seraya mempersilahkan pardi masuk kamar tersebut
Kamar yang ditempati pardi cukup luas, ditambah sebuah lemari di seberang tempat tidur spring bed doble size, kamar tersebut sebenarnya kamar tamu yang jarang digunakan, sehingga sedikit pengap aoleh karena itu Fais cukup lama membersihkan kamar tamu tadi. 
"Besar sekali tempat tidurnya mas, empuk lagi" ujar pardi saat menduduki samping ranjang
"biar mas pardi istirahatnya nyaman, ya sudah silahkan bersih-bersih dahulu, oia kalau amau melihat televisi diruang tengah yang kita lewati tadi mas, dan kamar mandi nya ada dibelakang " Fais kemudian menutup pintu kembali
"terima kasih mas"
Diruang tengah disha tengah duduk menyilangkan kaki melihat televise , Fais kemudian mengambil tempat disebelahnya.
"lihat apa dik?ada yang bagus ndak?
"ndak ada nih mas yang bagus, acaranya sinetron mulu" disha berberapa kali memindah chanel televise dari remote yang dipegangnya
"oia dik, rambut kamu kok lepek gitu???" Fais berpura-pira bertanya
'deggg' disha kaget dengan pertanyaan suaminya
"mmm ittuu tadi kenaa angin mas" disha menjawab sekenanya karena gugup
"mandi sana gih didalam dik, mas kunci pintu dulu"
"iyaa mas, gerah juga adik sekarang"
Fais kemudian kedepan mengunci pintu pagar meninggalkan istrinya diruang tengah, jalanan depan rumah sudah cukup sepi malam ini, berbeda dengan didalam rumah tadi, dilhalaman rumah sangat dingin angin berhembus. Fais tengah mengunci pagar ketika tiba-tiba dia ditegur seseorang
"sudah mengantuk dik Fais?" sahut pak Bono yang merupakan pak RT
"iya tumben kok sudah dikunci pintunya" pak Hari menimpali
"belum sih pak, Cuma jalanan udah agak sepi saja pak, oia mau kemana nih pak Bono dan pak Hari?"
"ke pos kampling didepan dik, mantau orang ronda" jawab pak Bono sambil membetulkan kain sarung yang dilingkarkan dibadannya
"oiaa, dik Fais kok baru kelihatan ini?" Tanya pak Hari
"baru datang dari mudik pak, lumayan bias beristirahat dikampung, mari masuk dulu pak?" tawar Fais kepada kedua orang tua yang usianya terpaut cukup jauh dengannya itu
"ah disini saja dik Fais, udaranya segar" pak Bono kemudian duduk di 'bok' yang ada didekat pagar (dudukan yang dibuat dari cor-cor an semen dan gamping yang dibuat untuk tempat jagongan) dan kuikuti begitu pula dengan pak Hari
Pak Bono merupakan seorang purnawirawan angkatan laut, sementara pak Hari masih bekerja menjadi mandor tebu di PTPN kota kami. Oleh karena itu kedua orang tadi didapuk tugas mengawasi keamanan lingkungan setempat. Cukup lama obrolan mereka , mulai masalah ekonomi hingga janda di gang sebelah
"kalau masalah perempuan sih pak Hari jagonya mas Fais" sahut pak Bono yang asyik dengan obrolan mereka
"jago bagaimana nih pak Bono?"sementara pak Hari yang namanya disebut tadi hanya tertawa
"lha itu, Aryanti yang baru ditinggal mati suaminya, kemarin malam sudah berhasil digarap sama pak Hari" pak Bono kemudian mengeluarkan HP nya dan menunjukkan potongan wajah yang sedikit blur kepadaku, dan digambar itu tertera tanggal dan jam kemarin malam
"masak ini mbak Aryanti pak Bono?" sahutku sambil menoleh pada pak Hari seolah tidak percaya
"tuh ri, kasih lihat yang tadi kamu kasih lihat sama aku dirumah tadi" pak Bono menyuruh pak Hari
"tapi ini rahasia lho mas, jangan dikasih tau orang lain" pak Hari berbicara dengan serius namun wajahnya terlihat tertawa sambil mengotak-atik smartphone nya yang kemudian diserahkannya kepada Fais
Kini ditangan Fais, terdapat gambar bergerak perlahan, masih belum Nampak siapa yang ada dalam gambar tersebut hanya suara-suara desahan perempuan
"ahhhh ahhhh ahhhh sudaah sudahhh pakkhhh..."
Fais memperhatikan baik-baik tampilan dilayar itu, sementara pak Bono dan pak Hari tersenyum-senyum melihat Fais yang asyik dengan smartphone ditangannya, terlihat sesosok kepala tengah menjilati liang senggama dengan sangat rakusnya disebuah sofa sementara rok panjangnya tersingkap di pinggang dan celana dalam perempuan itu hanya disingkapkan saja tanpa dilepas. Sepertinya gambar tersebut diambil sendiri oleh pria didalam video tersebut karena gambarnya beberapa kali goyang.
"assshh pakkhh ahhhhhh ahhhhh...." Perempuan itu mendesah setiap kali lidah pria itu mengaduk-aduk liang senggamanya sementara tangan si perempuan justru menajambak dan menekan-nekan kepala pria tersebut kontras sekali dengan permintaannya tadi , kini mulai terlihat siapa pria dalam video itu, dan ternyata memang pak Hari
'deeggg' jantung ku berdegup kencang saat menyadari bahwa pria didalam video tersebut memang benar pak Hari, dia tengah asyik mencumbui liang kenikmatan seorang wanita yang dikatakan pak Bono sebagai Aryanti, paha mulus perempuan itu mulai membuat Fais terangsang apalagi liang senggamanya terlihat jelas, Fais terangsang bukan karena perbuatan pak Hari yang tengah menagerjai liang senggama perempuan tadi dengan sapuan lidahnya, namun karena tadi dikatakan bahwa itu adalah Aryanti, istri dari almarhum mas yudha, yang mana Aryanti sangat dia kagumi. Aryanti sendiri berusia sedikit lebih tua dibandingkan dengan dirinyaa, istri soleha yang keseHariannya menutup diri dengan baju gamis dan hijab, jika dibandingkan sebenarnya disha dan Aryanti sama-sama cantik, namun menurut Fais, Aryanti lebih matang dan dewasa secara seksual. Sering sebenarnya Fais mencuri-curi pandang pada istri alm. Mas yudha itu ketika ada arisan RT, bahkan pernah beberapa kali Aryanti dijadikannya objek onani olehnya karena gamis dan hijabnya tidak mampu menutupi kemontokan payudara dan kesemokan bongkahan pantat Aryanti. Nafas Fais semakin memburu ketika pak Hari berdiri dan mulai melepaskan celana panjangnya, dan terpampanglah batang pens\is yang cukup panjang dan besar itu mengacung tegak dihadapan liang senggama yang sudah basah oleh air liur pak Hari dan cairan cintanya sendiri. 
"ditahan ya mbak, tempikmu sempit soalnya gak pernah dipakai suamimu, aku tau kok lha suamimu cerita sendiri kalau dia gak bias berdiri" sahut pak Hari dalam video itu
"pakkhhh jangann-jangannn ..... aasshhhhh aaaahhh" penolakan wanita itu tehenti ketika pak Hari mulai melesakkan batang penisnya didalam liang senggama 'Aryanti' tadi dan mulai berganti dengan desahan-desahan lirih. Fais semakin deg-deg an karena sampai sekarang di menit 05.30 itu hanya terpampang bagian bawah perempuan itu yang mulai digoyang perlahan oleh pak Hari
"aahhh ahhhh ahhhh pakkhhh ahhhhh" perempuan dalam video itu mendesah menikmati liang senggamanya tengah diaduk-aduk oleh batang penis pak Hari, hingga akhirnya dimenit ke 10.48 setelah Fais melihat berkali kali batang penis pak Hari mengaduk-aduk liang kenikmatan perempuan itu, keluar masuk dalm liang senggamanya kamera video ini bergerak mengarah keatas, Nampak kancing baju perempuan tersebut telah terbuka sepenuhnya memperlihatkan keindahan bongkahan payudara yang sudah tak tertutup BH karena disingkap ketas sebelumnya, payudara yang besar dan putingnya yang indah itu tengah berguncang-guncang akibat liang senggamanya dihujami batang penis pak Hari. 'hijab', Nampak sebuah hijab berwarna kream yang sepadu dengan gamisnya tersingkap dipundak wanita itu, "apakah benar perempuan ini adalah Aryanti??? Dan bagaimana bias caranya pak Hari bias menggauli Aryanti?" pertanyaan itu terus berputar-putar dikepala Fais saat dia memperhatikan video tersebut 
"jjddarrrrr" kepala Fais mendadak pening seperti dihantam oleh batu atau kayu ketika kini kamera itu tepat mengarah kepada si perempuan tadi, Nampak hijab menghiasi wajahnya sudah sedikit awut-awutan dan sedikit air mata mengalir dipipi perempuan itu, ya benar perempuan yang tengah disetubuhi pak Hari adalah Aryanti, janda alm. Mas yudha yang baru tiga minggu yang lalu meninggal karena sakit. Fais menggeleng-gelengkan kepala seolah masih tidak percaya setelah dia melihat sendiri sosok perempuan itu dengan jelas, karena selama ini Aryanti dikenalnya sebagai seorang istri setia, istri soleha yang selalu menutup aurat dan menjaga pergaulannya dengan yang bukan muhrim namun kini dia tengah mendesah menikmati persetubuhannya dengan pak Hari, laki-laki tua yang lebih pantas menjadi bapaknya tersebut.
"hahaha.. tenang saja dik Fais, masih panjang kok itu" canda pak Hari ketika melihatku tak berkedip, dan memang benar masih tersisa 30.15 lagi pada tampilan waktu video itu
"wah ri, ni dik Fais kayaknya terangsang, lihat itu celananya menonjol begitu"
"Hahaha" Aku sebenarnya malu mendengar candaan kedua orang ini, namun kupaksakan untuk tertawa agar mereka tidak curiga dengan ketertarikanku pada Aryanti


[​IMG] 
ilustrasi Aryanti

bersambung...

Binalnya Istriku - Disha part 6


Update 6 - Kunjungan dari Kampung

[​IMG] 

Kulihat istriku kembali kedapur seusai mengantar tukang sayur itu kedepan rumah, pinggulnya bergoyang kekiri dan kekanan ketika dia melangkahkan kakinya, dan tak hanya itu kedua pantatnya yang indah pun turut bergoyang seirama dengan lenggok pinggulnya. Aku buru-buru memutar kesamping rumah supaya istriku tidak menyadari jika aku sudah pulang dan bahkan aku mengetahui tentang persetubuhannya tadi dengan tukang sayur.
Aku bergegas kembali ketempat aku menaruh sepeda motor dan menuntunnya keluar pagar dengan perlahan. Istriku menuju ke kamar mandi yang ada didekat dapur untuk mandi tanpa mengambil dasternya yang ada didapur. Ku urungkan niatku untuk beristirahat dirumah karena tiba-tiba sakit magh ku sembuh, entah karena aku menonton dan ikut terangsang melihat persetubuhan istriku barusan atau jika aku tetap memaksa beristirahat dirumah akan membuat istriku mengurungkan niatnya menjemput pardi di stasiun namun yang jelas, rasa perih pada lambungku sekarang sudah hilang. Setelah menuntun agak jauh aku baru menstarter motor yang kupinjam di bengkel langgananku tadi. kupacu kuda besi itu ke warnet terdekat untuk menunggu waktu. "arrghhhh" gerutu ku karena tidak ada yang menarik yang dapat kulakukan di warnet ini. Kulihat sudah 15 menit berlalu, kucoba menghubungi istriku.
Satu panggilan. Dua panggilan dan baru pada panggilan teleponku mendapat balasan. 
"iyaa mas ada apa?" jawab istriku diseberang telepon.
"lagi dimana dik?sudah berangkat kerja?"tanyaku basa-basi
"ohh sudah mas, tadi adik masih ada tamu dari supplier obat", istriku rupanya berbohong
"hari ini mau kemana dik?, makan siang yuuk?" aku memancing jawabannya
"wah maaf mas, nanti adik mau ke tempat supplier obat di jl. Kertanegara, ada faktur yang beda selisihnya dengan obat yang dikirim" istriku beralasan. Jadi benar, istriku nanti akan menjemput pardi di stasiun karena jl. Kertanegara memang sangat dekat dengan stasiun.
"oh ya sudah kalau gitu dik, mas tak makan siang dulu, hati-hati dijalan dik"
"iya mas juga hati-hati dijalan ya"
Begitu telepon ditutup aku harus menyiapkan rencana untuk mengikuti istriku tanpa dia ketahui, aku bergegas ke toko pakaian yang tidak jauh dari warnet tempatku menghabiskan waktu tadi. Sesampainya disana aku membeli kemeja, celana jeans, sepatu kets, jaket bolak balik dan topi. Segera kubayar belanjaankudan bergegas ke indomart membeli masker debu untuk menutupi wajahku. Kembali kupacu kuda besi tua ini ke arah jl. Trunojoyo dimana stasiun yang akan dituju istriku, begitu sampai disana aku buru-buru ke toilet umum untuk berganti pakaian dan menyimpan pakaian serta sepatuku di tas yang aku bawa dari kantor tadi. Sepintas penampilanku mirip bagpacker yang berjalan-jalan tanpa beban ketika aku melihat dicermin yang memang tersedia di dekat toilet. Aku akan menunggu istriku didekat halaman parkir mobil supaya memudahkanku untuk mengintai kedatangan istriku. Jangan sampai nanti aku malah kehilangan jejak karena suasana yang cukup ramai hari ini distasiun. 
Rasa kantuk mulai menjalari kelopak mataku, berkali-kali mata ini terpejam dan kemudian terbangun lagi takut jika aku tidak tahu jika istriku sudah datang, beberapa bungkus plastic berisi kopi hitam yang kuminum ternyata tidak juga mampu menghilangkan kantuk ku. Kulihat arloji ditanganku, 14.40, hampir 1 jam aku menunggu kedatangan istriku, dan 10 menit lagi kereta yang ditumpangi pardi akan tiba distasiun. Dari ujung jalan kulihat sedan Honda Civic hitam yang dikendarai istriku, aku yakin karena aku hapal dengan plat nomor polisinya N xxxx BC. Mobil itu kemudian diarahkan oleh tukang parkir ketempat yang kosong dan letaknya diujung.
"prriiiitt priiitt.... Maju bu depan ada yang kosong" kudengar teriakan tukang parkir
"iya bu teruus mundurr teruus buuu pelan-pelan" tangan tukang parkir memberi kode pada istriku. 
Kulihat tukang parkir itu mencatat nopol kendaraan istriku disecarik kertas kecil seperti punyaku ketika parkir motor tadi. Dan tak lama kemudian kulihat pintu depan sebelah kanan terbuka, kaki yang jenjang dengan betis membunting padi memijak pada aspal dibawahnya, selaras sekali dengan sandal highhills putih gading yang dia pakai saat itu. Kemudian disusul oleh kaki kirinya hingga semua sudah berpijak kulihat istriku turun dari mobil. Aku terperangah dengan penampilan istriku yang siang ini sangat mempesona, seksi namun elegan. Istriku mengenakan rok dress diatas lutut dengan renda-renda diujungnya, sementara dibagian atas istriku memakai dress yang cukup ketat dibagian dada namun longgar pada bagian perut karena itu merupakan dress santai, apalagi dress itu juga berbelahan dada rendah yang tidak hanya memperlihatkan belahan dada istriku namun juga bongkahan payudaranya yang besar dan montok itu. Dress atasan itu menggunakan tali diatas pundak sebagai penyangganya, sehingga aku semakin yakin istriku saat ini tidak mengenakan BH karena tidak kulihat adanya tali lain dipundak istriku. Pantas saja cetakan payudara istriku Nampak sekali "alami" meskipun putting susunya tidak terlihat menonjol. Biasanya dress itu dipakai istriku bersama dengan cardigan namun sepertinya cardigannya ditinggal dirumah dan tidak dibawa.
"pakk pakk heii pakk" sapa itriku ambil mengayunkan telapak tangannya didepan wajah tukang parkir itu.
"eehhhh maaf maaf bu, hehehe" jawabnya cengengesan
"mikirin apa pak sampe mlongo kayak gitu" balas istriku sambil tersenyum
"ada bidadari cantik turun dari mobil bu, gimana saya gak terpesona, hhehe" jawabnya terang-terangan
"ah bapak ini bisa aja, saya kan sudah ndak muda lagi pa, anak saya saja sudah 2" istriku memperlihatkan cincin kawin dijari manis kanannya
"buseettt, saya pikir ibu masih mahasiswa, cantik e apalagi masih muda. Lagi jemput suaminya ya bu?" sambung tukang parkir sambil menyerahkan karcis ditangannya
"bapak ini pengen tahu saja sih, sebentar ya pak", istriku tersenyum dan kemudian berbalik mencari uang receh di dashboard, 
mungkin istriku ingin menggoda tukang parkir itu, karena posisi istriku yang tengah melongok kedalam mobil, sehingga kini posisinya seperti menungging, memperlihatkan kemulusan kulit pahanya, beberapa kali angin yang cukup nakal menyingkap kain rok dress yang dipakai istriku hingga memperlihatkan celana dalam yang menutupi bongkahan pantatnya itu. Otomatis tukang parkir itu meneguk ludah melihat indahnya pemandangan dari tubuh istriku. Cukup lama istriku diposisi tersebut, berpura-pura mencari uang receh. 
"sebentar ya pak, ini saya masih mencari uangnya dulu" sahut istriku disela-sela ia mencari didashboard mobil.
"iii yyaaa bu gak apa" tukang parkir itu tergagap sambil menjawab istriku, tangannya dengan cepat berusaha membetulkan posisi penisnya yang keluar jalur karena ereksi.
"Gila, Disha semakin berani dia mempertunjukkan keseksian tubuhnya pada orang siang hari begini apalagi ini tempat umum" gumamku yang melihat dari kejauhan.
"aduuhh" tiba-tiba istriku mengaduh kesakitan
Istriku memeganggi tangan kirinya yang tadi bertumpu pada kursi kemudi, dan kulihat dia meringis kesakitan.
"kkkenapa bu?" tukang parkir itu panic
"terkilir pak tangan saya, adduhhh" jawab itriku sambil duduk di kursi kemudi.
"sini buu coba saya lihat" tukang parkir itu kemudian berjalan mendekat
Posisi tukang parkir yang berdiri sementara istriku duduk sehingga membuat nya lebih rendah, membuat tukang parkir itu semakin leluasa menikmati pemandangan payudara istriku yang indah itu. Berkali kali dia meneguk ludah karena menahan gejolak birahi yang menjalarinya. Aku segera berusaha pindah tempat untuk bias melihat apa yang mereka kerjakan karena posisiku melihat sekarang tertutup pintu mobil yang terbuka.aku berjalan dan mengambil posisi duduk diseberang mereka, sedikit tertutup mobil, hal ini justru menguntungkanku karena posisiku tidak gampang terlihat. Aku duduk diatas pot beton yang sengaja dibuat permanen oleh dinas tata kota, dari tempatku cukup terlihat jelas apa yang mereka lakukan. Tukang parkir itu berusaha mengurut pergelangan tangan istriku, namun sorot matanya tajam kearah payudaranya. Tatapan lapar yang sepeti menelanjangi pakaian yang istriku kenakan.
"Adduuhh pak pelan sakit" jerit istriku
"iyyaa bu, sayangsaya tidak punya balsam disini"
"kebetulan saya bawa counterpein pak, ada didasbord sana depan kursi penumpang, tolong bapak ambilkan ya, lewat sini saja biar lebih cepat"
Bukannya dia memutar agar lebih mudah mencari didashbord depan kursi penumpang, namun justru istriku menyuruhnya mencari lewat ruang kemudi, tukang parkir itu kemudian melongokkan badannya kedalam. Tentu saja posisi itu cukup sulit karena terhalang istriku.
"pperrmisi bu, tolong agak bergeser kekanan sedikit bu"tukang parkir itu sengaja memanfaatkan kesempatan yang diberikan istriku, kulihat lengan kirinya yang hendak dipakai bertumpu, bahunya sengaja digesekkan kearah payudara istriku, dan tentunya mau tak mau istriku melebarkan pahanya sehingga tangan kiri tukang parkir tadi tepat bertumpu didepan selakangan istriku. Kulihat rok istriku ikut tersibak akibat gerakan tukang parkir tadi, dan tidak hanya memperlihatkan kemulusan pahanya namun juga keindahan pangkal pahanya yang tertutup celana dalam.
"assshhhh" desis istriku lirih ketika pergelangan tangan tukang parkir itu menekan-nekan liang senggama istriku yang masih tertutup celana dalam. Tukang parkir itu sengaja berlama-lama mencari krim pereda nyeri supaya dapat lebih lama mengerjai istriku. Apalagi dia juga mendengar istriku memdesis lirih tadi yang menandakan bahwa ia juga terangsang dan sepertinya memberikannya kesempatan alias lampu hiju untuk berbuat lebih jauh lagi. Tukang parkir yang tadinya menggenggampun akhinya membuka genggamannya dan menggunakan ibu jarinya untuk menekan-nekan diluar liang senggama istriku yang kuyakin sudah lembab karena dia juga terangsang.
"aassshhh pakhh kok lamaa" desah istriku tertahan, mata istriku semakin sayu, pipinya memerah karena perbuatan tukang parkir itu.
" iya bu, sebentar lagi yaaa" sahut tukang parkir dengan entengnya. Aku sendiri pun kurang paham apa maud dari kata-kata tukang parkir tadi dengan "sebentar lagi", apa maksudnya belum menemukan yang dicari atu apa belum puas mengerjai istriku. 
"iiiiiyyyahhh pakkhh" jawab istriku dengan mendongakkan kepalanya. istriku tidak dapat menyembunyikan sensasi rangsangan yang diberikan oleh tukang parkir itu melalui ibu jarinya yang terus menekan-nekan liang senggamanya dari luar celana dalam.
"Asshhhh asshhhhh" istriku mendesah dengan menggigit bibir bawahnya untuk mengecilkan suara desahannya
Namun tiba-tiba tukang parkir itu mengangkat tangan yang tadi bertumpu didepan pangkal paha istriku dan dia pun semakin maju kearah kursi penumpang, akibatnya kini badan tukang parkir itu semakin memepet istriku terutama bagian pinggulnya yang menyangkut di selakangan istriku, aku yakin istriku dapat measakan tonjolan batang penis dtukang parkir itu dibalik celana kolor yang diapakai, dan dengan kurang ajarnya tukang parikr itu berusaha mengepaskan posisi tonjolan batang penisnya pada selakangan istriku. Ediaaannn gillaaa, istriku seperti menikmati perbuatan tukang parkir itu ketika dia mendorong-dorongkan tonjolan penisnya kearah liang kenikmatan istriku, matanya terpejam dan digigitnya bibir bawah menahan birahi yang meletup-letup didadanya.
Cukup lama tukang parkir itu menggesekkan tonjolan penisnya hingga akhirnya kudengar di seperti berjakulasi, 
"ohhhhhhh haaasshhhh" lenguhan lirih tukang prkir itu terdengar dari dalam mobil 
"nah ini bu sudah ketemu setelh hamper 10 menit mencari" sahut tukang parkir dengan wajah merah padam kepanasan menahan birahi
Dia kembali beringsut kebelakang dan melihat pemandangan indah didepan matanya, dari tempatku terlihat jelas payudara kiri istriku hampir mencuat keluar dari balik dressnya karena tali penyangga dipundaknya tadi telah jatuh kelengan sehingga membuat penutup yang ada dipaudaranya ikut tersingkap, apalagi posisi istriku yang mengakang memperlihatkan kemulusan paha dan liang senggamanya yang tertutup celana dalam yang sudah basah akibat rok dressnya tersingkap.
"sini bu lengannya saya urut lagi" tukang parkir itu seolah tidak terkejut dengan pemandangan indah didepan matanya.
Istriku pun kemudian mengulurkan lengannya sambil membetulkan posisi tali dress nya sehingga payudaranya yang hamper mencuat keluar tertutup lagi. Meski demikian istriku juga tidak Nampak panic bahkan rok dress yang tersingkap tadi tetap dibiarkannya. Tukang parkir itu terengah-engah melihat pemandangan yang menggugah nafsu setiap pria apabila melihatnya, punggungnya brgerk naik turun dengan cepat seiring dengusan nafas.
"sudah enakan belum bu?" Tanya tukang parkir
"belum mas, ini masih sedikit tanggung tekanan tangannya mas" jawab istriku dengan wajah sayu
"mmm, jadi ibu ma..." belum selesei tukang parkir itu meneruskan ucapannya, tiba-tiba smartphone istriku berbunyi

"Kamu inginkan aku
Peluk aku cium aku
Kamu inginkan aku
Ingin bercinta dengan ku
Mari semua dansa dengan ku
Dekap aku dan hanyutkan ku
Dengan irama yang menggoda
Melepaskan hasrat dirimu"


Istriku terlihat buru-buru menjawab teleponnya, yang ternyata dari pardi karena dia sudah turun dari kereta dan menunggu didalam.
"ha hhalo mas" jawab istriku terengah
"kok lama sih mbak, ini aku sudah sampai distasiun dari 15 menit yang lalu" jawab pardi spertinya kesal
"oia, permintaanku tadi tidak lupa kan?" tambah pardi lagi
"iyya maaf mas, ini sudah diparkiran kok, tunggu sebentar ya"
"tenang aja mas, ini aku pakai kok mas"
"iya mbak, jangan lama!" 
"hufffttt" istriku mendengus perlahan karena birahinya masih belum terpuaskan
"dari suaminya ya bu?wah beruntung banget suaminya punya istri secantik dan semolek ibu" sahut tukang parkir tiba-tiba
"ah mau tau saja bapak ini" sahut istriku sambil berdiri, 
namun dengan sengaja dia pura-pura terjatuh dan dengan cepat meremas batang penis tukang parkir dari balik celana kolornya. Kejadian itu begitu cepat sehingga belum sempat tukang parkir itu sadar istriku udah berdiri lagi sambil menutup pintu, dia berjalan menjauh, lalu dia membalikkan kepala sambil menyibakkan rambutnya dan melempar senyum kearah tukang parkir yang masih terbengong-bengong terpesona akan perbuatan dan kecantikan istriku. Sebuah senyuman dengan wajah sayu terlihat sangat manis sekali menurutku, sebuah senyuman yang mengisyaratkan untuk mengajak merengkuh kenikmatan darinya. Tukang parkir itu tetap terpaku terdiam seperti patung melihat senyum manis istriku barusan. Senyum disha memang begitu indah... aku pun ikut meninggalkan tukang parkir itu ketika istriku melewati tempatku duduk, dan aku berjalan agak menjaga jarak agar dia tidak curiga sambil berpikir apa permintaan si pardi tadi ya???


[​IMG] 

Dari kejauhan aku melihat disha berusaha mencari pardi diantara kerumunan orang, semenjak masuk stasiun istriku cukup menarik perhatian orang dengan penampilannya yang seksi itu, aku melihat banyak sekali mata para hidung belang yang menatap istriku ketika berjalan seolah seperti tengah menelanjanginya, namun disha cuek saja bahkan beberapa kali dia melempar senyuman manis kepada bapak-bapak atau mas-mas petugas KA, pedagang asongan ataupun penumpang lainnya ketika dia mencari pardi tadi. tak lama kemudian dia melihat ponselnya dan langsung memasukkan lagi kedalam tas yang dibawanya lantas segera melangkahkan kaki kearah mushola. Aku mengendap-endap membuntutinya meskipun aku yakin bahwa istriku tersebut tidak akan mengenali diriku. Aku mengambil posisi duduk dikursi tunggu penumpang yang cukup banyak pula orang disana. 
"waahh mas maaf ya nunggu lama, ini tadi tanganku terkilir" disha menyapa pardi dan menunjukkan tangannya yang terkilir tadi
"elalah mbak, tak kira mbak lupa kalau hari ini jemput aku di stasiun, nunggu lama ini tadi" pardi berbicara dengan nada sebal
"iyaa iyaa maaf mas, ayok mas kita cabut dulu, gerah disini, panas juga" istriku mengibas-ibaskan ujung dress nya dibagian dada yang tentu membuat pardi menelan ludah
"wiih, tambah montok aja teteknya mbak" sahut pardi santai memandangi kemontokan payudara istriku tanpa memperdulikan jika dikiri-kanannya ramai orang
"ehh mas pardi ini, malu mas ada banyak orang" istriku terlihat sedikit panik karena ternyata disekitar mushola banyak laki-laki bertampang sangar
"ayook ah mas kita jalan" pinta istriku, tangannya berusaha meraih tangan pardi
"iyaa iyaa mbak" pardi menggapai tangan disha dan kemudian berdiri. Namun tanpa diduga-duga, ketika hendak berjalan melangkah meninggalkan tempat itu, pardi dengan kurang ajarnya memasukkan tangan kirinya kebawah rok dress yang dipakai istriku dan kemudian meremasnya.
"awww" pekik istriku kaget yang kemudian menepis tangan nakal pardi
"hahaha..." melihat hal itu pardi tertawa senang, apalagi kejadian tadi juga dinikmati beberapa pasang mata yang melihat keindahan dan kemontokan pantat istriku. Mereka kemudian melanjutkan langkahnya, dan bebrapa dari bapak-bapak itu ada yang bersiul dan berujar jorok terhadap istriku
"wah enak nih panas-panas minum susu segar" 
"putih coy, garai ngaceng ae"
"bagi-bagi mas mbak e itu" 
Pardi yang mendengar itu menoleh dan mengacungkan kedua ibu jarinya dan tersenyum kearah bapak-bapak itu, seolah-olah dia beruntung bias berjalan dan bahkan bias menggauli disha istriku yang cantik dan meninggalkan pria-pria kesepian distasiun.
Aku menunggu tempo yang pas untuk membuntuti mereka, jangan sampai aku kehilangan jejak mereka mau kemana. Ternyata mereka masih berdiri didekat pintu masuk, entah apa yang mereka bicarakan, sepertinya pardi kembali kesal dengan istriku.
"terus mas pardi maunya bagaimana?" Tanya istriku bingung
"ya terserah mbak, gimana ngaturnya, yang jelas aku maunya tinggal dirumah mbak" sahut pardi tegas
"tapi dirumah kan ada suami dan anak-anakku mas", sepertinya mereka memperdebatkan tempat tinggal pardi nantinya
"terserahlah, kalau mbak gak mau aku bakal bilang ke suami mbak dan juga keluarga besar suami mbak dikampung sana bahwa mbak wanita gatel yang suka dientot kontol gede!" pardi mulai marah, dan hal tersebut membuat beberapa orang mengarahkan pandangan kearah mereka. Sepertinya pardi memang tidak perduli dengan keadaan istriku dan tak ragu untuk membuatnya malu
"mas pardi, kamu keterlaluan! Ya sudah aku turuti apa mau mas pardi, tapi mas pardi harus janji, mengikuti apa kata-kataku selama mas pardi tinggal disana nanti" istriku mulai menitikan air mata sambil mengatakan hal tersebut
Aku kasihan melihat disha, istri yang kucintai ditekan sedemikian rupa oleh orang yang pernah meneguk nikmatnya madu yang diraihnya bersama-sama dengan orang itu, namun justru itu kini menyulitkan dirinya. 
"ya sudah ayo jalan, kita makan dimana nanti?" Tanya pardi kembali
"ke jalan suhat saja, disana banyak tempat makan" 
Kemudian mereka berdua berjalan kedalam mobil tempat istriku diparkir, dan sepanjang jalan itu pula tangan jahil pardi meremasi pantat istriku diluar rok dressnya, beberapa kali pula disha berusaha menepis tangan pardi, namun akhirnya dia seperti menyerah dan membiarkan dirinya dilecehkan oleh pardi dan ditatap belasan pasang mata yang ada ditempat itu.
Tukang parkir yang tadi tersenyum-senyum ketika melihat istriku wajahnya cemberut dilecehkan oleh pardi. mereka memasuki mobil, perlahan mobil itu berjalan pelan meninggalkan komplek stasiun.
"mbak, aku juga pengen" teriak tukang parkir itu setelah mobil istriku berjalan menjauh, hal tersebut membuat beberapa pedagang asongan berkumpul disekeliling tukang parkir menanyakan siapa perempuan barusan yang naik mobil tadi
Tukang parkir : "ndak kenal juga sih pak di, tapi memang agak gatel itu perempuan"
Asongan 1 : "gatel gimana ta jo?"
Tukang parkir : "ya itu pak, suka dientot"
Asongan 2 : "ah masak jo?tau dari mana kamu?"
Kemudian tukang parkir itu kudengar menceritakan dengan detil peristiwa yang dialaminya tadi dengan istriku.
Asongan 1 : "buseett, beruntung banget kamu jo, bias merasakan angetnya tempik bini orang, canti lagi itu perempuan"
Asongan 2 : "iya nih jo, kalau tau dia sudah basah, kok gak kamu garap saja itu bini orang?"
Tukang parkir : "pengennya sih gitu pak, kontholku ini juga sudah ngaceng berat dari tadi" sahutnya sambil menunjukkan batang penisnya yang besar namun pendek
Asongan 2 : "hehh jo, nggilani kamu ini, masukin gak atau tak sentil kontholmu itu" rupanya pedagang asongan itu jijik juga melihat batang orang lain
Asongan 1 : "lha teru kenapa jo kok gak jadi kamu entot tadi?"
Tukang parkir : "gimana mau tak entot pak di, pak man, lha pas lagi tegang-tegangnya hp nya ibu itu bunyi, kayaknya sudah ditunggu mas mas tadi lho"
Asongan 2 : "eman e jo, kapan lagi kamu dapat gratisan kayak gitu"
Asongan 1 : " huuuuuu" dan kedua pedagang asongan itu mengacak-acak rambut tukang parkir karena kecewa
Aku yang melihat kejadian lucu itupun ikut tersenyum dibalik masker yang kupakai. Aku bergegas ke tempat motorku terparkir, karena letaknya berbeda dengan lokasi parkir untuk mobil. Tiba-tiba aku teringat dengan anak-anakku, duhh gimana ini aku harus mengikuti mereka, namun siapa nanti yang akan menjemput anakku.
"Arrgghhhhh shhiittt", umpatku dalam-dalam



POV Disha

[​IMG] 

Kesal sekali aku terhadap sikap pardi yang sama sekali tidak menghargaiku dan seperti sengaja mempermalukanku dengan kata-kata dan tingkahnya barusan. Kupacu mobil ini bergegas meninggalkan stasiun, menuju jalan soekarno hatta untuk mencari makan siang. Sementara pardi duduk disebelahku sibuk dengan teleponnya yang kudengar sedang menghubungi seseorang jika dia sudah sampai disini. 
"oia mas, mas pardi kok bisa dapat no hp ku dari mana?" tanyaku mencoba menyelidiki bagaimana bisa pardi mendapatkan nomor ponselku
"kan mbak sendiri yang dulu menyuruh aku buat main kerumah, eh pas kesana mbak sudah balik" jawab pardi santai
"terus???" aku mengejarnya dengan pertanyaanku
"ya sudah, aku tanyakan saja sama keponakanmu yang dirumah, aku bilang saja kalau kemarin aku ada titipan buat kamu, jadi sama keponakanmu tadi diberikan deh no ponselmu mbak"
Sial bener itu budi sama sandi gumamku, aku kembali fokus mengemudi menyusuri jalan raya yang sore ini cukup ramai, namun tiba-tiba aku dikagetkan dengan elusan tangan pada pahaku.
"mas, apaan sih, ini aku sedang fokus nyetir, jalannya cukup ramai" 
"kamu kalau marah-marah gini jadi makin cantik aja mbak", sahutnya dengan senyum-senyum namun tangannya tetap saja tidak lepas dari paha mulusku namun malah semakin nekat mengelusi pahaku semakin keatas masuk kedalam rok dress yang kupakai.
"mas tolong hentikan dulu, aku gak mau kita kenapa-kenapa apalagi kita sekarang ada dalam satu mobil" aku berusaha mencegah pardi dan menepis tangannya,
"santai sajalah mbak, gak usah sok jaim apalagi sok jual mahal gitu lah, kita kan sama-sama tau mbak itu bagaimana" sergahnya sambil tersenyum dan tangannya mulai lagi mengelusi pahaku . mendengar kata-katanya aku terdiam dan mengingat kejadian dimalam itu dimana ketika itu aku dengan sengaja ingin memamerkan keindahan tubuhku di malam hari pada keramaian, yang tentunya akan memberikan sensasi tersendiri bagiku. Namun sepertinya kecerobohanku saat itu karena aku terbuai kenikmatan ketika ada seorang pemuda dibelakangku dengan sengaja berusaha melecehkan aku, ditempelkannya batang kontolnya kebelahan pantatku yang saat itu aku benar-benar menikmati sensasi yang kucari, hingga akhirnya aku semakin pasrah dengan berbagai tindakannya termasuk ketika aku membiarkannya menyelipkan batang kontolnya yang besar dan panjang itu ditengah kerumunan orang. Memang sensasi persetubuhan yang kualami saat itu sangat nikmat dan semakin membuatku terbuai dan bahkan aku menuruti ajakannya untuk mencari tempat yang lebih aman untuk menuntaskan birahi kami yang tanggung sebelumnya, ya ditengah ladang tebu, aku disetubuhi habis-habisan olehnya, batang kontolnya menusuk, menghujam, mengaduk-aduk liang senggamaku yang harusnya hanya boleh dilakukan oleh mas fais suamiku. Tetapi saat itu aku mendapatkan kepuasan darinya, permainannya dalam menyetubuhiku benar-benar membiusku, seperti senyawa Methylene Dioxy Meth Amphetamine yang umum ada dalam kandungan pil haram ekstasi. Gesekan batang penisnya dalam dinding liang senggamaku begitu kerasa karena batang penisnya dihiasi urat-urat yang menonjol, yang ketika dia menarik batang penisnya dinding liang senggamaku seperti ikut tertarik begitu pula ketika dia menghujamkan batang penisnya dalam-dalam. 
Damn, kenapa aku jadi melamun jauh seperti ini, untung saja aku masih mampu mengendalikan laju mobil yang kukemudikan. Namun tak terasa lamunanku tadi membuat selakanganku kembali basah, dan tanpa kusadari tangan pardi sudah sampai disana.
"wah sudah basah rupanya mbak, hahahaha" dia mentertawakan aku karena mengetahui aku terangsang
"bilang aja mbak kalau pengen mbak, gak usah jutek begitu" tangannya terus berusaha memasuki celah celana dalamku
"ahhh masssshh" aku mendesah begitu ujung jarinya menyentuh bibir memekku. Pardi memasukkan jari telunjukknya mengaduk-aduk liang senggamaku, rasanya geli dan nikmat. 
"mashh jangan ahhh ashhhh" aku menolak perlakuannya namun isyarat tubuhku mengatakan sebaliknya, liang senggamaku semakin lembab oleh rangsangan yang dilakukannya. Aku memelankan laju mobilku menghindari hal-hal yang tidak kuingankan
"ashhhh ahhhhh masshhhhh, oouuhhhhh" aku melenguh panjang ketika ujung jarinya menusuk dalam-dalam keliang senggamaku, dan kini ibu jarinya juga ikut menggesek-gesek itilku. Aku menggelinjang dirangsang sedemikian rupa.
"aku kangen mbak dengan seponganmu" sahutnya tiba-tiba sambil menurunkan resleting celana jeans yang dia pakai. Dan sekarang disebelahku, sudah mengacung tegak dan kokoh batang kontol yang pernah memberikan aku kepuasan. Nampak jelas sekali tonjolan urat pada permukaan batang kontolnya, yang dulu hanya dapat kurasakan, namun sekarang jelas sekali terlihat. Pantas saja aku liang senggamaku sangat sesak oleh hujamannya karena memang batang kontol pardi berukuran super, sebelas dua belas lah dengan milik mas teguh, namun bedanya batang kontol milik pardi seperti jauh lebih 'lempeng'.
Tanpa sadar aku arahkan tangan kiriku untuk membelai batang kontol pardi yang sudah ereksi dengan maksimal, aku elus dengan telapak tanganku yang halus dan lembut sehingga membuatnya kegelian
"mbaakk geli banget sumpah, gila mbakk tanganmu lembut banget"
Kata-kata pardi barusan semakin membiusku, kugenggam batang kontolnya namun tetap saja aku tidak mampu menggemnya secara penuh, perlahan aku kocok batang kontol pardi dan dia semakin keenakan karenanya. Sementara tangan pardi tidak berhenti menusuk-nusuk liang senggamaku, bahkan kini semakin cepat, membuatku meracau keenakan.
"aasshhhh massshh parddiiii nikmmaattttt", 
Dengan hati-hati aku menepikan mobilku, aku tidak ingat ini berada didaerah mana, karena aku sudah kehilangan sedkit kesadaranku saat tadi mengemudi, dan kini yang kulihat sebuah jalan yang cukup lenggang yang sepi dan kiri kanannya terdapat hamparan hijau persawahan. Melihat kondisi yang cukup aman tersebut, pardi menyibakkan ujung rok dressku keatas memperlihatkan selakanganku yang menggembung karena tangan pardi tengah mengaduk-aduk liang senggamaku. Pardi dengan tergesa-gesa menarik turun celana dalamku, aku membantunya dengan mengangkat sedikit pantat ku agar dia mudah melolosi celana dalam yang kukenakan. Kulihat celana dalam itu dengan cepat meluncur menyusuri paha dan betiku. Kini dihadapannya terpampanglah liang senggamaku, yang seharusnya hanya dapat dinikmati oleh mas fais, namun kini terhidang untuk dinikmati oleh pardi, tetangga suamiku dari kampung halamannya. 
"indah sekali memekmu mbak, tembam dan memerah" ujarnya memujiku
Pipiku merona akibat sanjungan yang diberikannya kepadaku, aku gapai kepala pardi dan sedikit kutekan kearah selakanganku, rupaya dia mengerti maksudku. Aku ubah posisi kursiku sehingga agak rebah, dan oleh pardi kakiku diangkat sehingga posisiku kini rebah kearahnya dengan kakiku yang terbuka lebar-lebar. Dan yang kutunggu pun, kurasakan sebuah sapuan hangat pada bibir memekku yang tembam itu, "asssshhhhh" desahku perlahan. Pardi dengan semangat menjilati liang senggamaku, berkali-kali lidahnya menusuk-nusuk lipatan mememkku berusaha menerobos sempitnya liang senggamaku ini, dan tangannyapun memelintir itilku sehingga aku terus-terusan mendesah karenanya
"giiilaaaaa maassss ennnaaaaaaaakkkkk"
"teruussss masshhhh terruuuussss, yang dhaalamm maasss"
Pardi terus memberikanku kenikmatan dengan permainan lidahnya itu, hingga akhirnya aku seperti ada yang ingin keluar, ya aku hendak meraih orgasmeku dari jilatan lidah pardi pada liang senggamaku. Tangan pardi yang satunya menyusup kedalam baju dress ku yang cukup longgar dibawah, dan kemudian dengan mudahnya menggapai payudaraku, diremasinya payudaraku dengan gemas
"iiyyaa masshh ittu milikmuuh mashh"
"aahhhhs masss niikmaatt gillakkkk"racaukanku tidak berhenti karena dorongan birahiku yang kuat, ketika payudaraku itu diremasi oleh pardi. Belum pernah aku mendapatkan kenikmatan seperti ini ketika bersetubuh dengan mas fais suamiku, pardi memang pandai dalam memberikan kepuasan seksual kepadaku, mampu memancing birahiku hingga membuatku terbakar, panan dingin karenanya. Aku sudah tidak ingat lagi dengan rasa kesalku pada pardi tadi, bahkan dengan perlakuannya yang melecehkanku terang-terangan didepan umum tadi aku juga sudah lupa, yang ada ganti rasa birahi yang ingin dipuaskan olehnya.
"maasshhhh aku keluuaarrrrr, assshhhhhhh ashhhhhh" lenguhku panjang menjemput orgasmeku, pardi bukannya menghentikan jilatannya namun justru tambah semangat menjilati liang senggamaku, menyapu setiap cairan cinta yang kukeluarkan.
"hhhh hhh hhh" nafasku memburu mendapatkan orgasme pertamaku sore ini, badanku terasa lemas, tulang-tulang punggungku seperti dilolosi oleh tenaga yang menekanku dari atas, pardi pun menghentikan aktifitasnya dan membiarkanku menikmati sisa-sisa orgasmeku barusan. Aku tergolek dikursi kemudi dengan mata terpejam dan kedua pahaku yang terbuka lebar, memperlihatkan keindahan liang senggamaku yang aku yakin mampu membuat setiap laki-laki ereksi karenanya.
Kurang lebih 5 menit kemudian aku mendapatkan kembali sedikit tenagaku, aku melihat pardi dan dia tersenyum kepadaku, 
"ayo mbak, dilanjutkan lagi", dia kemudian bergeser kekursi belakang tanpa keluar dari pintu, kursi penumpang yang didudukinya telah direbahkannya, dia melangkah kebelakang dan bersandar dikursi baris kedua, diturunkkannya celana jeans yang dia pakai sebatas betisnya. Setelah ltu direngkuhnya badanku kebelakang dan akupun bersandar disebelahnya, pardi memalingkan wajahku dan mulai mencumbuiku.
"ahhh masss" pardi mencumbui leher jenjangku, disibakkannya rambutku yang menghalanginya, aku sedikit mengaduh ketika dia menghisap kuat-kuat leherku yang indah ini.
"aaww mass pela-pelan sakit, jangan sampai berbekas mas, nanti suamiku curiga" ujarku, namun dia hanya memandangiku sambil tersenyum saja, dan kembali mencumbuiku, kembali kurasakan rasa nyaman dari cumbuannya, tangan pardi pun tak tinggal diam, diturunkannya tali penyangga dressku dipundak sehingga dengan mudah dia bisa menyingkap turun dressku yang menutupi payudaraku. Kini liang senggama dan payudaraku sudah terpampang bebas didepannya, diremasinya kedua payudaraku, saat dia mencumbu leher dan belakang telingaku,
"aaahhhh massshh" aku meremas kuat lengannya karena aku tidak tahan bila bagian belakang telingaku dicumbui, karena itu adalah salah satu G-spot pada tubuhku, pardi yang menyadari itu terus melanjutkan cumbuannya disana, dan semakin membuarku mendesah dan meracau tidak karuan.
"maasshhh stoopp masshh aahhhhh masshhh" suaraku menggema didalam mobil, 
Meskipun AC tetap kunyalakan, namun peluh juga membasahi tubuh kami, sangat hot permainan yang diberikan pardi, hingga aku kewalahan mengimbanginya. Pardi kemudian mengarahkan cumbuannya ke keningku, dikecupnya mesra keningku dan kemudian turun mencium hidung mancungku, ciumannya kemudian mengarah kekedua pipiku hingga aku teringat saat aku kuliah dulu bercumbu dengan mantan-mantan pacarku. Selanjutnya ciumannya turun kebibirku yang sejak tadi sedikit terbuka menunggu ciuman darinya. Kami seperti orang yang berpacaran saat ini, diperlakukannya aku dengan lembut dan mesra, membuatku melupakan siapa dia yang tengah mencumbuiku, siapakah aku saat ini yang sudah menjadi istri sah dari mas fais suamiku, dan dimana kami sekarang berada, aku dimabukkan oleh candu asmara permainan cinta pardi. Tangan pardi tak henti-hentinya meremasi payudaraku, dipilin-pilinnya putting susu ku, ditarik-tarik kecil hingga aku menggelinjang jalang. Tangan pardi yang satunya mengarah keliang senggamaku, dimasukkan lagi jari telunjuk pardi kedalamnya, ditusuk-tusukkan dengan cepat jari tersebut yang semakin mudah karena kini celana dalamku sudah terlepas. Pardi benar-benar mengeksploitasi tubuhku tanpa terkecuali, mungkin dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan yang jarang dia dapatkan, dapat meniduri istri orang yang cantik sepertiku. 
Tanganku yang tadi pasif, mulai menggenggam batang penis pardi, kukocok batang penis itu hingga memerah pada ujungnya. Hal itu membuat pardi semakin kesetanan menciumi bibirku, lidahku yang terpagut dengan lidahnya, dihisapnya kuat-kuat. Dan remasan payudaraku juga semakin kuat dia perbuat. Meskipun sedikit nyeri, namun kenikmatan yang kudapatkan jauh dari itu. 
"mas, aku sepong yah hhh hhh???" ujarku ketika aku melepaskan diri dari pagutannya
Tanpa menunggu jawaban darinya aku mulai menciumi batang penisnya yang panjang dan berurat itu, aku jilati dari ujung kepala penisnya hingga kantung kemihnya yang ditumbuhi rambut yang tertata cukup rapi. Aku emut perlahan kepala penisnya dan mulai seponganku, kusedot kuat-kuat dan kumasukkan batang penis itu dalam-dalam ke mulutku, meski aku sudah berusaha semaksimal mungkin melebarkan mulutku, namun aku sangat kesulitan untuk mengulumnya, dan bahkan meski sampai mentok ke tenggorokanku, masih menyisakan batang penis yang tidak mampu aku tamping semuanya, sungguh batang penis super milik pardi ini. Seandainya saja penis mas fais bias segagah batang penis pardi mungkin aku dapat kepuasan tiap saat. Pardi Nampak keenakan ketika aku mengulum dan menyedot batang penisnya, tangannya menggapai payudaraku yang tergantung bebas untuk diremasi, tanpa aku duga-duga karena saat ini posisiku sedikit menungging, pardi merebahkan diri dan mengakangkan kedua pahaku diantara kepalanya, dan dia mulai menjilati liang senggamaku yang haus akan kepuasan,
"asshhhhh" desisku tertahan karena aku tengah asyik mengulum batang penisnya, mendapat rangsangan tersebut, aku tidak mau kalah darinya yang juga tengah menjilati memekku. Posisi kami sekarang seperti posisi 69 namun kurang sempurna karena kondisi tempat yang seadanya, jilatan pardi menusuk-nusuk lipatan dinding memekku, keras dan hangat kurasakan apalagi dia juga senang merangsang itilku. Setelah beberapa lama memekku dijilatinya, aku merasakan gelombang orgasme yang bergejolak dalam diriku, aku akan keluar lagi... ini gila, padahal aku hanya dijilati saja dengan lidahnya namun itu mampu menghantarkanku meraih orgasme untuk yang kedua kalinya sebelum penetrasi.
"maasshhh aku gakkk kuatttt asshhhhh, giilllaakkk ennaaakk bangeethh massss....." aku mendesah menahan gelombang orgasme yang datang, dan bersama dengan itu tubuhku mendongak keatas disertai lelehan cairan cintaku yang kemudian jilatinya hingga bersih.
Aku masih terkulai lemas ketika pardi mulai berdiri membetulkan posisinya, ditariknya pantatku dan diarahkannya ke batang penisnya yang mengacung gagah, mengkilat akibat jilatan yang kulakukan. Tak menunggu seperti tadi, kini pardi mulai memasukkan batang penisnya kedalam liang senggamaku, 
"aaggghhhh, pelan-pelan masss, sesaghh" pintaku padanya karena batang penisnya yang besar itu
'bllleeesss' masuklah batang penis pardi, ditekannya perlahan dan semakin membuatku merintih kesakitan
"aahhhhh"
Dan dengan sekali tekan, masuklah separuh batang penis pardi hingga menyodok dinding rahimku, memekku terasa sangat penuh dengan batang penisnya itu, berbeda sekali ketika aku disetubuhi suamiku. Memang sejak persetubuhan pertamaku dengan mas teguh dulu, kini aku tidak lagi merasakan nikmatnya disetubuhi oleh suamiku. Dan hal ini menuntutku untuk mencari kepuasan yang lain agar birahiku terpuaskan.
Mulailah diayunkan pinggul pardi, dinding memekku tertarik keluar ketika dia menarik batang penisnya dan dinding memekku kembali terlipat kedalam ketika dia menghujamkan batang penisnya dalam-dalam, sayang kasihan pardi meski dia memaksa memasukkan semua batang penisnya namun masih menyisakan hamper separuh yang tidak mampu ditampung liang senggamaku. Aku disetubuhi dengan posisi agak menungging dengan tanganku bertumpu di kursi penumpang baris kedua, sementara pardi setengah berdiri karena tempatnya sempit sehingga menyulitkan kepalanya.
"ahhh ahhh ahhhh" aku mendesah tanpa henti menerima kenikmatan persetubuhan ini, rasanya sungguh nikmat sekali
"maaasshh sodhookk yang dhallam, asshhhh"
Pardi dengan semangat terus mengayun-ayunkan batang penisnya mengaduk liang senggamaku, rasa nyeri yang diawal tadi kurasakan kini berganti dengan rasa gatal didinding memekku ini, yang hanya dapat diobati dengan gesekan batang kontol yang besar dan panjang itu
Hampir 15 menit aku disetubuhi dalam posisi doggystyle, dan tak terasa pula gelombang kenikmatan yang tadi melandaku kini datang lagi, aku akan meraih orgasmeku yang ketiga dan pardi sama sekali belum menunjukkan akan berejakulasi. Gila, bagaimana bias pardi mempunyai stamina sekuat ini, mampu menyetubuhiku tanpa merasa letih dan ingin ejakulasi. Ritme hujaman batang penis pardi pun semakin dipercepat olehnya yang membuatku kewalahan.
"asshhh ahhh ahhh ahhhh , mass pardhiii aku keluaarrr, oouugghhhh" aku melenguh panjang ketika mendapati orgasme yang ketiga, aku tertunduk dikursi kelelahan karena lemas. Pardi tetap mendiamkan batang penisnya yang masih ereksi sempurna didalam liang senggamaku ini, terasa sanggat nyaman sekali ada benda yang mengganjal didalam liang senggamaku. 
"mas pardi apa tidak capek???" tanyaku padanya ketika menoleh kearahnya
"ah mbak, barang enak kok mau cepet-cepet sih, sudah istirahatnya? Balas pardi dengan percaya diri
Aku membalasnya dengan senyum manisku dan anggukan kepala, yang mengatakan aku siap untuk persetubuhan selanjutnya. Mengerti akan maksudku, pardi kemudian mengambil posisi duduk, dia mengangkang lebar, aku tau posisi itu pardi ingin aku berada diatasnya, aku pun dengan gontai melangkahkan kakiku melewati tubuhnya, mengakang lebar dan menghadap kedepan, sementara kursi baris kedua juga sedikit direbahkan kebelakang setelah dia menarik tuas yang ada disamping bawah kursi, pardi merebahkan diri dikursi tersebut, sementara aku masih mengangkang diatas batang penisnya mencari posisi yang pas, setelah semuanya siap aku mulai menurunkan pantatku dengan hati-hati, kuraih batang ppenisnya dan kuarahkan kedalam liang senggamaku, cukup kesulitan aku karena masih sedikit lemas akibat orgasmeku sebelumnya tadi. Setelah kurasa pas, kutekan pantatku kebawah dan batang penis pardi mulai menusuk liang senggamaku.
"aaahhh masss pardhiii" aku mendesah memanggil namanya
Perlahan batang penis itu menghujam keliang senggamaku, aku berusaha menurunkan pantatku perlahan supaya tidak kaget jika nanti batang penisnya mentok didinding rahimku. Namun rupanya pardi sengaya mengerjaiku, tiba-tiba dihujamkannya penis tersebut kuat-kuat kedalam liang senggamaku hingga mentok.
"aahhhh masss sakkiittt" rintihku akibat hujaman penisnya tiba-tiba
Diapun tertawa kecil melihat ekspresiku itu, aku mulai mengayun-ayunkan pinggulku diatas batang penis pardi yang menghujam kuat-kuat dalam liang senggamaku. Sensasi tarikan dinding rahimku yang menggesek batang penisnya ketika aku mengayunkan pinggulku membuatku semakin bergoyang dengan liar, rasa gatal itu kembali. Aku mengayun-ayunkan pinggulku ketas dan kebawah untuk meraih kenikmatan batang penis pardi, 
"aahhh ahhh ahhhhh ahhhh" desahan itulah yang terus terucap dari bibirku setiap kali aku menurunkan pinggulku, rambutku kini sudah acak-acakan tidak karuan, dan payudaraku berguncang hebat kekiri dan kekanan setiap kali aku menghentakkan pinggulku kebawah, pardipun meremasi payudaraku dan memilin putting susuku, memberikan kenikmatan ekstra persetubuhan ini. Diraihnya kepalaku dan ditolehkannya wajahku ke wajahnya, aku langsung memagut bibirnya, kamipun berciuman dalam-dalam, lidah kami saling membelit sementara kedua tangannya kini menopang kedua pahaku, membantuku untuk terus mengayunkan pinggulku karena aku mulai kehilangan focus akibat ciuman kami. Pardi juga menghujam-hujamkan batang penisnya menjemput ayunan pinggulku, kenikmatan yang kudapatkan sore ini tidak dapat aku tuliskan atau aku ungkapkan, sangat nikmat sangat sangat nikmat, bersetubuh dengan posisi seperti itu dan kami berciuman, seolah kami tidak ingin kenikmatan ini berakhir. Namun tak lama kemudian, aku merasakan gelombang orgasme ku lagi, 
"ahhh ahh ahhhh, masshh aku mauu keluaarrr lagiihh" kulepaskan ciumanku, dan kuremas-remas sendiri kedua payudaraku yang berguncang guncang itu
"iii iyyyaa mbbhhakk sebentarr, aku juga mau keluuar, kita barengann"
"maasshh aku sudah gak kuattt, aku keluarrrr masshhhh" 
Pardi masih terus menggenjot liang senggamaku dengan ritme yang semakin cepat, dan kemudiaan kurasakan batang penisnya seperti semakin menegang
"aahhhh tempikmu enakk mbakkk" teriak pardi dan kemudian 'crreeettt ... crrreeeet... ccrrrreett... creeeet... crreeett... creetttttt....' tak terhitung berapa kali pardi menyemprotkan spermanya kedalam liang senggamaku ini. Dia mendiamkan sejenak batang penisnya itu hingga akhirnya lemas dan baru ditarik keluar.
Ruangan dalam mobilku kini penuh dengan aroma sperma, segera kubuka jendela agar tidak meninggalkan bekas dan membuat suamiku curiga. Kuraih batang penis pardi dan kubersihakn sisa sperma yang masih ada setelah itu kuambil tissue dan kubersihkan memekku.
Aku yakin mobilku bergoyang-goyang hebat selama kami bersetubuh tadi, namun karena jalanan cukup sepi membuat persetubuhan yang kami lakukan tidak memancing kecurigaan orang lewat.
Kamipun segera berpakaian kembali, kunaikkan tali baju dressku keatas lengan, dan merapikan bagian atas dressku yang terlihat lecek. Rambutku sudah acak-acakan kuikat sekenanya saja dengan tali rambut membuatku semakin terlihat seksi dan menggoda, kuambil celana dalamku yang tergeletak dibawah kursi kemudi dan kupakai. Pardipun segera mengenakan celananya lagi setelah itu dia membantuku merapikan kursi-kursi yang tadi dia ubah posisinya. 
"mas aku capekk, lemas" sahutku 
"iya mbak, habis mbak enak sih, cantik lagi, jadi pengen ngentotin mbak terus"
"yeee maunya, ayuk mas car"I makan, aku lapar"
"ayoo mbak"
"tapi kita dimana ya ini mask ok aku belum pernah lewat sini"
Sawah sawah dikiri kanan kami mulai berwarna kuning keemasan dikarenakan mataari yang mulai tenggelam, dan kemudian aku teringat sesuatu
"ya ampuun, aku lupa menjemput anak-anakku"


bersambung...